Untuk mampu menjalankan peran tertentu yang Allah tetapkan, dan merupakan peran utama dalam menjalankan sebagian dari “skenario” All...
Untuk mampu menjalankan peran tertentu yang Allah tetapkan, dan merupakan peran utama dalam menjalankan sebagian dari “skenario” Allah tersebut, maka manusia itu haruslah merupakan makhluk yang diberi potensi untuk berkemampuan membangun peradaban di bumi, yakni makhluk yang dilengkapi dengan perasaan, keinginan dan kemampuan berpikir (rasa – karsa – cipta), yang kemudian Allah menyebutnya af`idah (fungsi-fungsi jiwa), yang pada setiap individu tumbuh berkembang dengan sifat dan taraf yang amat bervariasi.
Akan tetapi dengan kelengkapan yang sedemikian itu, justru membuat manusia menjadi makhluk pemberontak atau pembangkang. Mereka malah mengikuti perasaan dan keinginan hawa nafsunya masing-masing. Mereka jadi lengah dan lupa akan Allah, kemudian lupa siapa diri mereka sebenarnya. Mereka buat rencana-rencana sendiri, mencanangkan tujuan dan cita-cita (ideologi) masing-masing di muka bumi ini, seakan-akan merekalah pemilik bumi ini, seakan-akan merekalah pemilik rencana dalam penciptaan kehidupan di bumi ini. Maka terjadilah perselisihan, pertentangan dan kekacauan di muka bumi.
Sebagian mereka tumbuh dan tampil sebagai kelompok manusia pintar yang berilmu dan ambisius, namun hawa nafsu mendominasi dirinya. Lalu mereka saling berpacu mengejar harta, kesenangan dan kekuasaan. Sebagian lagi membiarkan dirinya dalam kebodohan, kegelapan dan buaian angan-angan dan khayalan. Jadilah mereka golongan yang tertipu dan terpedaya, tanpa mereka sadari, mereka menjadi penambah bilangan dan kekuatan pembangkang.
Fenomena sedemikian itu telah merupakan bagian dari ilmu Allah (Kalimatullah). Sesuatu yang memang dimungkinkan (meski tidak diinginkan) terjadi, menurut perangkat lunak (software) yang Allah aplikasikan dalam pola kehidupan manusia.
وَمَا كَانَ ٱلنَّاسُ إِلَّآ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ فَٱخۡتَلَفُواْۚ وَلَوۡلَا ڪَلِمَةٌ۬ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ فِيمَا فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ
"Manusia itu tidak lain melainkan sebagai satu ummat, lalu mereka berselisih. Kalau saja tidak karena suatu kalimat (konsep) yang telah mendahului (mendasari), sungguh telah diputuskan diantara mereka tentang apa yang mereka berselisih". (Yunus : 19)
Akan tetapi tentunya perselisihan dan pembangkangan manusia itu bukanlah hal yang diinginkan, bahkan tidak bisa ditolerir, karena justru akan mengakibatkan bencana dahsyat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Maka karena kasih sayang-Nya, Allah menurunkan petunjuk dan peringatan kepada manusia agar mereka tidak pernah lalai dan lengah akan Allah, posisi-Nya dan posisi mereka sendiri.