Agar seluruh aktivitas amaliyah dalam derap pembangunan peradaban Islam tetap berjalan lurus di atas Shirothol Mustaqim, atau den...
Agar seluruh aktivitas amaliyah dalam derap pembangunan peradaban Islam tetap berjalan lurus di atas Shirothol Mustaqim, atau dengan kata lain tidak melenceng ke arah yang tidak diridhoi Allah, maka ketiga essensi amanah tersebut di muka, masing-masing sejak awal akan memberi landasan asasi berupa prinsip-prinsip dasar yang harus selalu dijaga dan dipedomani, sehingga dengan demikian setiap amaliyah yang direncanakan dan dikembangkan dalam derap amaliyah Mukminin, harus senantiasa konsisten (Qonitin) pada 3 (tiga) asas, yakni:
1. Asas Kesucian
Sejauh manapun sasaran yang ingin dicapai dan liku jalan yang dilalui, harus tetap menjaga dan menampilkan kesucian di segala dimensi kehidupan, antara lain :
- Bersihnya pikiran, pandangan, wawasan, ilmu dan keyakinan dari berbagai hal yang bathil, fiksi (iftiro), kepalsuan, tahayul, khurofat dan sebagainya.
- Bersihnya motivasi, jalan/cara, dan tujuan pembangunan, dari anasir-anasir selain Allah. Bertumpu kuat pada landasan “Allahu`sh Shomad” (Dari Allah, oleh Allah, untuk/menuju Allah)
- Bersihnya hubungan sosial dari berbagai sifat tercela, seperti kedengkian, kebencian, kedholiman, dendam, permusuhan dan sebagainya.
- Bersihnya seluruh tampilan budaya dan kehidupan dari berbagai kotoran sosial berupa fakhsya dan munkar.
2. Asas Keseimbangan
“Kemuliaan” yang pada uraian di muka disebut sebagai essensi kedua dari Amanah Allah, atau karakter dasar yang kedua dari Peradaban Islam setelah “kesucian”, mengandung pengertian bahwa peradaban yang dibangun berdasarkan amanah Allah, akan selalu bernuansa keberkahan, ketenteraman, kedamaian, dan segala citra kenikmatan yang mendorong semua hati untuk selalu bersyukur memuji Allah (menggemakan Tahmid).
Nuansa dan citra seperti demikian itu, bukan ditentukan oleh tingkat kemajuan peradaban yang berhasil dicapai, dan tidak pula pada sisi kemerataan antar bidang kehidupan dan antar semua orang, melainkan ditentukan oleh tetap terjaganya keseimbangan multi dimensi secara ma’ruf. Segala urusan dan hajat hidup manusia terpenuhi secara seimbang, dan semua orang memperoleh karunia Allah secara seimbang pula.
Keseimbangan multi dimensi yang selalu didasari oleh kesucian multi dimensi pula, itulah yang akan selalu memancarkan nuansa dan cita rasa kenikmatan dan kebahagiaan. Di zaman manapun manusia hidup dan seberapapun tingkat kemajuan peradaban yang berhasil mereka raih.
Sungguh ke-Maha Adilan Allah tidak terkurangi sedikitpun hanya dengan dihidupkannya manusia pada zaman yang berbeda-beda.
Sesuai dengan sifat dari Amanah (Missi Samawi) yang universal, maka seluruh perencanaan dan pelaksanaan amaliyah, harus diorientasikan kepada dan mencakup keseluruhan Ummat dari semua segmen, serta menyentuh seluruh aspek kehidupannya secara ma’ruf dan seimbang.
3. Asas Pertumbuhan/Kemajuan
Setiap gerak amaliyah ditujukan ke arah meraih kemajuan dan pertumbuhan dari waktu ke waktu (Yad’uuna Ilal Khoer), sejalan dengan perkembangan peradaban manusia yang tidak mengenal batas kemajuan yang dianggap final.