Fenomena Overlapping dan Intervensi (Antara Negara Dan Agama)

SHARE:

Agama dan Negara adalah dua hal yang terpisah dan berbeda, meski keduanya sama-sama menyangkut urusan kehidupan manusia di Bumi.

fenomena-overlapping-dan-intervensi

Agama dan Negara adalah dua hal yang terpisah dan berbeda, meski keduanya sama-sama menyangkut urusan kehidupan manusia di Bumi. Negara adalah urusan manusia di bumi sehubungan dengan pemberian mandat atau izin Allah kepada manusia (Adam dan keturunannya) untuk mengelola bumi guna mendapat tempat tinggal dan kesenangan di Bumi, sampai suatu waktu (sementara).

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعً۬ا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّٮٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬‌ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬

Dialah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu semuanya, kemudian Dia mengarah ke langit, lalu menata-Nya sebagai tujuh langit. dan Dia Maha berilmu tentang segala sesuatu. (Al Baqoroh : 29)

قَالَ ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ۬‌ۖ وَلَكُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرٌّ۬ وَمَتَـٰعٌ إِلَىٰ حِينٍ۬

Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu adalah musuh (pesaing) bagi sebahagian yang lain. Dan bagi kamu di Bumi ada tempat tinggal dan kesenangan sampai suatu waktu". (Al A’rof : 24)

Jadi pada dasarnya, Allah menciptakan bumi dan segala isinya ini untuk manusia, dan menciptakan manusia itu untuk menempati (tinggal di) Bumi dan mengeksplorasi kesenangan di Bumi ini.

Untuk memperoleh apa yang disediakan dan diizinkan Allah bagi mereka (disadari atau tidak tentang adanya izin Allah tersebut) maka merekapun berusaha dengan berbagai cara, sistem dan metode sesuai dengan perkembangan kemampuan dan penemuan-penemuan mereka dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, dan itu merupakan urusan manusia di Bumi.

Apapun dan bagaimanapun sistem, cara atau metode yang mereka lakukan adalah sah-sah saja, karena hal itu merupakan implementasi dari izin asasi dari Allah terkait tempat tinggal dan kesenangan sementara tersebut di atas, yang sepenuhnya merupakan urusan manusia. Dengan catatan (sebagaimana faktanya juga) bahwa setiap diri (individu) manusia akan menikmati hasil dan menanggung akibat dari setiap aksi dan usaha yang dilakukannya.

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا‌ۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡہَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡ‌ۗ

Allah tidak membebani diri seseorang melainkan sesuai kapasitasnya. Untuk dirinyalah hasil dari apa yang diusahakannya dan tanggungannya pula akibat dari apa yang diusahakannya... (Al Baqoroh : 286)

Seriring perkembangan zaman, urusan manusia yang pada dasarnya (sesuai fitrahnya) adalah berupa urusan tempat tinggal dan kesenangan sementara yang diwarnai persaingan dan permusuhan itu, tumbuh dan bermetamorfosa.

Kelompok-kelompok manusia yang semakin merasa “sepihak” dalam fenomena persaingan, tumbuh sebagai suatu bangsa dan suku-suku bangsa (qobilah). Kaitannya dengan “tempat tinggal” bersama, tumbuh membentuk citra “kampung halaman, dan tanah air”. Pada gilirannya, rasa kesebangsaan (nasionalisme) dalam dinamika persaingan tersebut, mendorong manusia untuk membangun sistem manajemen kehidupan bersama, dalam bingkai sistem kekuasaan yang disebut NEGARA.

Bersama dengan fenomena pertumbuhan dan metamorfosa di atas, ternyata yang namanya “kesenangan” itu tidak ada habisnya dan tak pernah mencapai “puncaknya”. Maka fenomena “kesenangan” itu, tumbuh sebagai “kualitas dan gaya hidup”, kebudayaan dan peradaban.

Di sisi lain, ekspresi permusuhan dan persaingan yang merupakan “sifat bawaan” manusia itupun bermetamorfosa. Yaitu tumbuh berevolusi ke arah yang semakin beradab. Mulai dari hukum rimba: yang kuat memangsa yang lemah, Barbarisme anarkis: liar dan brutal tak peduli norma-norma dan aturan, Perbudakan: penjajahan individu, Feodalisme: Kaum bangsawan dianggap turunan Dewa Pemilik Bumi, berkuasa penuh atas rakyat jelata, Kolonialisme: Bangsa yang kuat menjajah bangsa yang lemah, dan yang paling mutakhir adalah: Kemerdekaan, kesetaraan, kerukunan dan saling ketergantungan antar bangsa.

Fenomena seperti tersebut di atas itu tidak lain adalah merupakan manifestasi dan aktualisasi dari Konsep Kalimatullah. Dengan kata lain: Untuk menampilkan fenomena seperti tersebut di atas itulah Allah menciptakan manusia dan menempatkan mereka di bumi.

Demikianlah secara ringkasnya, manusia menyelenggarakan urusan mereka di bumi dari zaman ke zaman.

Adapun yang disebut “Agama”, dalam hal ini Agama Islam “Dienullah”, adalah Urusan Allah di Bumi. Allah yang sejak awal telah menyelenggarakan Urusan-Nya di Langit, Kemudian “membuka kantor” di bumi, berupa institusi penyelenggara Urusan Allah di Bumi tersebut.

Urusan Allah di Bumi ini bukan urusan tempat tinggal dan kesenangan sementara yang mandat untuk itu sudah diberikan kepada manusia sejak Adam dilepas ke bumi. Dan tidak juga dimaksudkan untuk membatalkan mandat tersebut atau mengintervensi manusia dalam menyelenggarakan urusan mereka.

Urusan Allah di Bumi ini merupakan “paket tambahan” sebagai penyempurna nikmat dan karunia Allah yang sebelumnya telah melimpah ruah diberikan kepada manusia. Suatu paket bermuatan misi Risalah Rohmatan Lil ‘Alamien.

Allah “menawarkan” kepada manusia, jika mereka berkeinginan agar tempat tinggal dan kesenangan itu tidak hanya sementara saja, melainkan pada kehidupan berikutnya di Yaumil Akhir pun mereka bisa mendapatkan pula tempat tinggal yang menyenangkan yang kekal abadi, dan selamat dari adzab yang pedih, maka marilah bergabung ke dalam institusi “bentukan Allah” yang menyelenggarakan Urusan Allah di Bumi (langkah inilah yang sebenar-benarnya takwa), tanpa mengurangi hak mereka untuk mendapatkan hal yang menyenangkan (kebaikan) di bumi, yang untuk itu manusia telah menemukan caranya dalam menggelar urusan mereka (urusan dunia).

Allah menggelar Urusan-Nya di bumi, karena Allah sangat mengenali benar (Maha Awas) akan manusia makhluk ciptaan-Nya itu, yakni:

Manusia itu sangat rentan melakukan kedholiman (dholuuman). Karena struktur dan perangkat diri manusia itu adalah paling “canggih” (“Ahsani Taqwim”) diantara makhluk-makluk Allah lainnya, maka pada kinerja jiwanya itu telah dipastikan akan tumbuh dan berkembang “virus-virus syaithoni”, yang akan mengganggu kinerja pikiran dan perasaan (af`idah) mereka, dan membuat perilaku mereka menyimpang, tidak selaras dengan fitrahnya.

Manusia itu makhluk yang banyak tidak tahunya (Jahuula) segalanya harus diajari. Terlebih lagi tentang keberadaan Allah dan berbagai hal terkait Hari Akhir. Mereka tidak mungkin bisa mengetahui hal tersebut dengan bersih dan benar, tanpa keterangan dan penjelasan yang bersumber langsung dari sisi-Nya.

Oleh sebab itulah Allah menyampaikan “tawaran” kepada manusia sebagaimana terungkap pada Kalam-Nya berikut ini:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٲتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَـٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِ‌ۗ ذَٲلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ (١٤) ۞ قُلۡ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيۡرٍ۬ مِّن ذَٲلِڪُمۡ‌ۚ لِلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّـٰتٌ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا وَأَزۡوَٲجٌ۬ مُّطَهَّرَةٌ۬ وَرِضۡوَٲنٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ‌ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ

Dihiaskan (merupakan aksesori kehidupan) bagi manusia, kecintaan syahwati akan perempuan, anak-anak (kedudukan) dan harta yang banyak dari jenis emas dan perak (akumulasi harta), kuda pilihan (properti), binatang-binatang ternak dan sawah ladang (investasi/bisnis). Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Katakanlah: "Maukah kamu kuberi tahu dengan yang lebih baik dari semua itu?". Bagi orang-orang yang bertaqwa (sebenar-benarnya taqwa), pada sisi Tuhan mereka tersedia surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. dan (tersedia pula) pasangan-pasangan yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Awas (sangat mengenali) hamba-hamba-Nya. (Ali Imron : 14-15)

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَـٰرَةٍ۬ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٍ۬ (١٠) تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٲلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ‌ۚ ذَٲلِكُمۡ خَيۡرٌ۬ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepadamu suatu perniagaan (usaha) yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Ash Shoff : 10-11)

Demikianlah Dienul Islam itu. Suatu Urusan Allah yang digelar di bumi dan diselenggarakan dalam suatu Institusi berupa “Ummatan Wahidah” (Ummat yang satu), yang terdiri dari seorang pemimpin yang mewarisi misi para Nabi dan Rosul yang mendapat izin/mandat dari Allah dalam menggelar urusan-Nya tersebut, bersama orang-orang Mukmin yang menjadi pengikutnya.

Dienullah itu bukan Negara, maka tidak membutuhkan suatu “wilayah kekuasaan”. Tanpa mengganggu atau mengintervensi urusan manusia di bumi. Institusi Dienullah tersebut berfungsi dan berperan sebagai:
  1. “Jaringan Rahmat” (aktualisasi Sholat) sebagai suatu infrastruktur pendistribusian “Pesan-pesan Samawi” (Risalah Allah), yaitu mewacanakan Ayat-ayat Allah, mengajarkan Al Kitab dan Hikmah, dalam rangka membina pribadi-pribadi Muslim yang unggul dan mulia (Akhlaqul Karimah) menuju terwujudnya suatu “Ummatan Wasatho” dan ”Khoeru Ummah”.
  2. Pengendali Ummatnya dengan Hamblun Minallah di manapun mereka berkiprah dalam Urusan Manusia di bumi, agar segala perilaku mereka tetap selaras dengan fitrahnya, tercegah dari segala bentuk perilaku fakhsya dan munkar, sehingga benar-benar merepresentasikan KESUCIAN, KEMULIAAN dan KEBESARAN ASMA ALLAH.
Demikianlah, dengan kejelasan status, posisi dan fungsi “Nagara” dan “Agama”, maka semestinya tidak terjadi overlapping dan saling intervensi antara kedua jenis institusi tersebut. Tidak ada hak Negara untuk ikut campur mengatur urusan Agama (khususnya, Islam), apalagi terkait ajaran dan keyakinannya. Yang ada adalah kewajiban mengurus warganya, termasuk dalam hal kebebasan dan kemudahan mereka dalam menjalankan agamanya.

Demikian pula sebaliknya, pihak penyelenggara Agama (dalam hal ini Islam Dienullah) tidak ada hak dan kewajiban atas nama Agama untuk ikut campur dalam urusan Negara, apalagi ikut bertarung memperebutkan kekuasaan. Kewajiban mereka adalah menjaga dan membina ummat pengikutnya untuk menjadi orang-orang Mukmin yang shaleh dan berakhlaq mulia (manusia yang berkualitas), dan jika itu berhasil, pastilah mereka akan menjadi manusia yang berguna dan dibanggakan oleh dunia kemanusiaan, terlebih oleh warga kampung halaman dan negerinya sendiri. Bukan malah menjadi manusia pengganggu kenyamanan, pembuat masalah dan keruwetan, bahkan kerusuhan dan bencana.
Name

Dakwah Ilallah,12,Jalan Keselamatan,7,Jurnal Roqim,1,Kajian Lepas,42,Manhaj Risalah,12,
ltr
item
Ini Islam: Fenomena Overlapping dan Intervensi (Antara Negara Dan Agama)
Fenomena Overlapping dan Intervensi (Antara Negara Dan Agama)
Agama dan Negara adalah dua hal yang terpisah dan berbeda, meski keduanya sama-sama menyangkut urusan kehidupan manusia di Bumi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB1i9QwP1rLa-Lk69wpIMg5-ia1DkkwbILhusFDh-3FIt0-toynnMIucaZH1yIae7c6zynuRD3Ei19OXLvpY4b9eRcCxJaxdUs3ns-hTEd0UIv101dVNk_7aZQL5Vb-wwypjEHEzE3uBI/s640/fenomena-overlapping-dan-intervensi-antara-negara-dan-agama.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB1i9QwP1rLa-Lk69wpIMg5-ia1DkkwbILhusFDh-3FIt0-toynnMIucaZH1yIae7c6zynuRD3Ei19OXLvpY4b9eRcCxJaxdUs3ns-hTEd0UIv101dVNk_7aZQL5Vb-wwypjEHEzE3uBI/s72-c/fenomena-overlapping-dan-intervensi-antara-negara-dan-agama.png
Ini Islam
http://www.iniislam.net/2017/01/fenomena-overlapping-dan-intervensi.html
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/2017/01/fenomena-overlapping-dan-intervensi.html
true
7017169815549685310
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content