Iman itu bukan sejenis kepercayaan, melainkan sejenis perasaan, yaitu perasaan cinta kepada kepada Allah. Sedangkan cinta kepada All...
Iman itu bukan sejenis kepercayaan, melainkan sejenis perasaan, yaitu perasaan cinta kepada kepada Allah. Sedangkan cinta kepada Allah itu adalah paduan dari rasa berharap (rojaa) akan rahmat kasih sayangn-Nya dan perasaan takut (khosyyah) akan murka-Nya.
Ekspresi perasaan takut itu erat sekali hubungannya dengan tahu (pengetahuan). Jika ada sebuah telaga yang airnya jernih tapi ada buayanya, pasti orang-orang tidak akan mau mandi di situ.
Maka jika suatu kali ada orang/anak yang lewat melihat telaga dengan air yang jernih menarik, lalu dia terjun mandi di situ, pastilah bukan berarti dia tidak punya rasa takut pada buaya, melainkan dia tidak tahu bahwa di situ ada buayanya. Itu sebuah ilustrasi analogis.
Betapa banyak orang yang begitu besar rasa takutnya kepada Allah, tapi dia begitu tenang dan bersamangat melakukan perbuatan atau perilaku yang sangat mengundang murka-Nya. Celakanya lagi, dia beranggapan bahwa itu perbuatan yang disukai Allah. Begitulah sejauh yang ia tahu.
Masalahnya, kebanyakan orang merasa sudah tahu tentang sesuatu, ketika dia sudah mendengar keterangan dari orang yang dia anggap lebih tahu dari dirinya, tanpa meneliti lebih jauh, apakah itu terbukti sebagai kebenaran dari Allah? Karena kalau ternyata itu tidak benar, betapa besarnya murka Allah, karena ketidakbenaran itu sama dengan kebohongan.
... وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بِـَٔايَـٰتِهِۦۤۗ
Dan siapakah yang lebih dholim daripada orang yang membuat-buat suatu kebohongan tentang Allah, atau berbohong tentang ayat-ayat-Nya... (Al-An'am : 21)
وَإِن تُطِعۡ أَڪۡثَرَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُون
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengada-ada kebohongan". (Al-An'am : 116)
Peringatan dari Allah pada ayat di atas, persis benar dengan apa yang dilakukan kaum muslimin selama ini. Mereka hanya mengikuti apa yang dilakukan dan diwacanakan orang banyak, dengan anggapan atau dugaan bahwa itu dari Allah. Padahal nyaris tidak sebutirpun dari apa yang mereka lakukan itu, berdasarkan petunjuk Allah. Semua telah terputus. Penelurusan atas setiap butir dari apa yang disebut ajaran Islam, berhenti pada manusia (ulama) tidak ada yg bisa dibuktikan bahwa itu dari Allah.
وَإِنَّ مِنۡهُمۡ لَفَرِيقً۬ا يَلۡوُ ۥنَ أَلۡسِنَتَهُم بِٱلۡكِتَـٰبِ لِتَحۡسَبُوهُ مِنَ ٱلۡڪِتَـٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ
"Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu berasal) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka mengatakan kebohongan atas Allah sedang mereka mengetahui". (Ali 'Imran : 78)
Menyimak ayat-ayat di atas lalu secara jujur dan objektif dihubungkan dengan apa yang dilakukan dan dialami, maka tidak bisa disangkal lagi bahwa kebanyakan dari mereka yang tergolong kaum mislimin ini, malah begitu asyik dan nyaman melakukan hal yang paling dimurkai Allah, sesuatu yang semestinya harus sangat ditakuti.
Allah tidak menyatakan kemarahan kepada kaum yang tidak mau memilih Islam sebagai agamanya. Hanya saja Allah tidak menjanjikan kepada mereka, keselamatan di Hari Akhir
Lain halnya kepada kaum yang memalsukan agama-Nya (mukadzdzibiin). Allah begitu kerasnya menyatakan kemurkaan kepada mereka, dan mengancamnya dengan adzab yang dahsyat di Hari Akhir.
Setelah begitu nyata dan tegasnya peringatan dan ancaman Allah, tetapi tidak juga tumbuh rasa takut akan ancaman tersebut, keasyikan dan kenyamanan mereka sedikitpun tak terusik karenanya, maka itu adalah bukti nyata bahwa sebenarnya iman itu tidak ada di hati mereka.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
"Dan di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman". (Al-Baqarah : 8)
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta". (Al-'Ankabut : 2-3)
