Agama yang benar = NO; Agama Kebenaran = YES

SHARE:

Sudah lumrah dan diyakini hampir seluruh umat Islam bahwa: Islam adalah “ Agama Yang Benar ”, yang diklaim sebagai terjemahan dari s...

agama-yang-benar-no-agama-kebenaran-yes

Sudah lumrah dan diyakini hampir seluruh umat Islam bahwa: Islam adalah “Agama Yang Benar”, yang diklaim sebagai terjemahan dari seruas Kalamullah yaitu: “Diinul Haq (دين الحق)“ (pada terjemahan versi Depag: “Agama yang haq”), tepatnya pada surat At Taubah (9) ayat 33 dan surat Ash Shof (61) ayat 9.

Dengan terjemahan yang bersifat mengklaim bahwa Islam itu Agama Yang Benar, maka yang timbul di kalangan kita umat Islam adalah sifat apriori dan mau menang sendiri. Apapun yang dikaitkan dengan Islam atau “berlabel Islam”, akan diklaim sebagai sesuatu yang benar dan suci, karena Islam itu Agama yang benar. Dan akan menuntut posisi terdepan di ranah dan mobilitas sosial, terutama di negeri-negeri yang Kaum Musliminnya itu “tuan rumah” karena merupakan mayoritas penduduk. Semua harus minggir memberi ruang. Tidak peduli kalaupun itu menganggu kenyamanan orang lain, mengganggu ketertiban umum, menyalahi norma-norma moral, etika dan estetika, bahkan melanggar hukum sekalipun. Dengan kata lain, “label Islam” itulah yang menjadi ukuran bahwa sesuatu itu adalah kebenaran.

Bagaimana yang sebenarnya?

Sebenarnya para Ulama dan yang mengerti bahasa Arab juga tahu bahwa frase “Diinul Haq (دين الحق)“ itu bukan berupa “sifat-maushuf” atau “na’at-man’ut”, yaitu bukan suatu frase pensifatan yang terjemahannya membutuhkan konjungsi “yang”, melainkan susunan “mudlof–mudlof ilaih” atau “idhofat“, yang mana hubungan antar lafadznya tidak memerlukan konjungsi “yang”. Dengan demikian terjemahan yang sebenarnya adalah: “Agama Kebenaran” atau “Agama Al Haq”.

Perlu sedikit dikupas bahwa frase “sifat-maushuf” atau “na’at-man’ut” selalu memiliki dua atau lebih lafadz isim (kata benda) yang sama jenisnya, yaitu nakiroh dengan nakiroh atau ma’rifat dengan ma’rifat. Sehingga apabila lafadz pertama dimulai dengan huruf alif-lam (menandakan ma’rifat), huruf kedua juga akan dimulai dengan huruf alif-lam. Atau apabila lafadz pertama tanpa alif-lam (menandakan nakiroh), maka lafadz kedua akan juga tanpa alif-lam. Kedua jenis susunan ini selalu mengandung konjungsi “yang”.

Contohnya dapat dilihat dalam kalimat “Al Qur’anul Karim (القرأن الكريم)” (kedua lafadz dimulai huruf alif-lam), yang berarti Al Qur’an yang mulia. Atau “Ash Shirotol Mustaqim (الصراط المستقيم)” (kedua lafadz dimulai huruf alif-lam), yang berarti Jalan yang lurus. Atau “Adzaabun Aliimun (عذاب أليم)” (Kedua lafadz tanpa huruf alif-lam), yang berarti Adzab yang pedih. Kalimat-kalimat tersebut akan selalu mengandung konjungsi “yang”.

Sedangkan frase “mudhof-mudhof ilaih” merupakan suatu kalimat yang terdiri dari dua kata atau lafadz, dimana lafadz pertama akan selalu berbentuk nakiroh (tanpa alif-lam), dan lafadz kedua akan selalu ma’rifat majrur (dengan alif-lam dan kasroh dihuruf paling belakang). Dan, selalu tanpa konjungsi “yang”.

Contohnya dalam kalimat “Robbinnaasi (رب الناس)” (Tuhan manusia), “Yaumuddiini (يوم الدين)” (Hari pembalasan), “Mulkussamaawaati (ملك اليماوات)” (Kerajaan Langit). Jelas terlihat bahwa pada susunan mudhof-mudhof ilaih tersebut tidak terkandung konjungsi “yang”, bahkan akan rancu, lucu dan jauh dari arti sebenarnya apabila dipaksakan disisipkan konjungsi “yang”.

Demikian pula dengan frase “Diinul Haq (دين الحق)”, lafadz pertama tanpa alif-lam dan lafadz kedua dengan alif-lam, jelas sekali bahwa susunanannya adalah mudhof-mudhof ilaih yang tanpa konjungsi “yang”. Sehingga artinya bukan “Agama yang benar”, melainkan “Agama Al Haq” atau “Agama Kebenaran”.

Dengan frase atau sebutan yang sebenarnya yaitu: “Islam adalah Agama Kebenaran”, maka pengertiannya adalah bahwa Islam itu hanya bermuatan kebenaran, hanya mengajarkan kebenaran. Tidak ada yang boleh terkandung di dalam Islam, kecuali kebenaran. Sedangkan kebenaran itu hanya dan pasti dari Allah, dan yang dari Allah itu pasti kebenaran.

Dengan demikian, Islam yang sebenarnya tersebut memiliki sistem sensor atau filter yang sangat ketat dan aman. Apapun yang dianut atau diluncurkan orang, dengan warna, nuansa atau cita rasa apapun, harus benar-benar teruji dan terbuktikan. Kebenarankah itu? Dari Allahkah itu? Kalau tidak terbukti bahwa itu dari Allah, maka siapapun yang menjadi sumbernya, apapun atau bagaimanapun warna dan rasanya, itu bukan dari Islam, bukan ajaran Islam. Pasti itu produk palsu atau tiruan yang disusupkan ke dalam Islam, yang dapat membuat Islam tercemari dan ternodai originalitasnya, maka hilanglah legalitasnya di sisi Allah.

Dan salah satu cara untuk dapat menangkap dan membuktikan Kebenaran tersebut, Allah menuntun kita untuk senantiasa menggunakan bashiroh (penglihatan), tidak hanya mengandalkan sam’a (pendengaran). Karena Cahaya Allah, seperti halnya cahaya lain, akan jauh lebih berguna bagi yang melihat dari pada yang mendengar. Maka dengarkan, lalu lihat dengan Ainul Yaqin! Sebab suatu informasi yang kita dengar bisa jadi salah ketika kita lihat dengan jelas.

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَاب

Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu kebenaran (al-haq) sama dengan orang yang buta? Sesungguhnya hanya ulul albab saja yang dapat mengambil pelajaran” (Ar Ra’d : 19)

وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ

Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat”. (Faathir : 19)

Pengertian yang lebih cermat lagi, “Al Haq” itu berkonotasi benar dan legal (sah) lawannya “Al Bathil”, yang artinya: tidak benar atau tidak sah (ilegal). Maka segala komponen dan elemen yang terkandung dalam Islam itu, bukan hanya harus benar secara fakta dan keilmuan, tetapi juga harus legal (sah) secara hukum, selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Dengan memahami Islam sebagai agama kebenaran, sesungguhnya kita diajak untuk kritis, analitis dan rasional dengan tetap menambatkan hati kepada Allah dengan cara dzikrullah. Kita diajarkan untuk tidak jumud dan apriori, supaya umat Islam dapat lebih maju lebih bernilai dan beradab dalam segala aspek peradaban.

Wallahu a’lam...
Name

Dakwah Ilallah,12,Jalan Keselamatan,7,Jurnal Roqim,1,Kajian Lepas,42,Manhaj Risalah,12,
ltr
item
Ini Islam: Agama yang benar = NO; Agama Kebenaran = YES
Agama yang benar = NO; Agama Kebenaran = YES
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNpoG_HsLPccLBPD-tWPqBPa7kPkD75Ufl8dGR4JUjA8WtOsgoPsXOwJtLFrpkOAiwyGl4b5DlwVlLxi_J_vSOLavxbWBSV_HtQnZa1DMROOG8mxKQ6st6FlAHcJqcvzSo4GGH8GVB6MQ/s640/agama-yang-benar-no-agama-kebenaran-yes.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNpoG_HsLPccLBPD-tWPqBPa7kPkD75Ufl8dGR4JUjA8WtOsgoPsXOwJtLFrpkOAiwyGl4b5DlwVlLxi_J_vSOLavxbWBSV_HtQnZa1DMROOG8mxKQ6st6FlAHcJqcvzSo4GGH8GVB6MQ/s72-c/agama-yang-benar-no-agama-kebenaran-yes.png
Ini Islam
http://www.iniislam.net/2017/03/agama-yang-benar-no-agama-kebenaran-yes.html
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/2017/03/agama-yang-benar-no-agama-kebenaran-yes.html
true
7017169815549685310
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content