Memperhatikan wacana dan perilaku yang banyak berkembang dikalangan kaum Muslimin, sungguh banyak hal yang sangat memprihatinkan. B...
Memperhatikan wacana dan perilaku yang banyak berkembang dikalangan kaum Muslimin, sungguh banyak hal yang sangat memprihatinkan. Banyak yang sepertinya tidak menyadari bahwa mereka itu terkategorikan pada apa yang Allah sebut sebagai BERANGGAPAN (BERSANGKAAN) BURUK terhadap Allah. Suatu sikap atau perilaku yang dimurkai, bahkan dilaknat Allah.
وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَـٰفِقَـٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَـٰتِ ٱلظَّآنِّينَ بِٱللَّهِ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِۚ عَلَيۡہِمۡ دَآٮِٕرَةُ ٱلسَّوۡءِۖ وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِمۡ وَلَعَنَهُمۡ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرً۬اا
Untuk mengazab orang-orang munafiqin-munafiqot dan musyrikin-musyrikat yang mereka itu beranggapan buruk terhadap Allah. Mereka dijerat siklus keburukan, Allah murka dan melaknat mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Al Fath : 6)
Sungguh mengerikan ungkapan kemurkaan Allah itu, yang sama sekali bukan gertak sambal yang sekedar menakut-nakuti, tapi benar-benar peringatan dan ancaman yang menuntut setiap orang beriman untuk waspada dan super hati-hati. Betapa tidak? MURKA dan LAKNAT Allah dan ancaman neraka jahannam. Naudzubillah...
Siapakah yang jadi sasaran kemurkaan Allah tersebut?
Munafiqin itu bukan mereka dari kalangan eksternal Islam. Bukan mereka di luar sana yang beragama selain Islam. Melainkan justru kalangan internal Islam itu sendiri. Mereka mengaku Muslim-Mukmin. Bahkan bicaranya tentang Islam lebih vokal dan nyaring. Akan tetapi perilakunya justru antagonis, merusak Islam, mencampakkan nilai-nilai Islam yang haqiqi dari Allah. Memprovokasi orang banyak untuk kebencian dan permusuhan, menciptakan kondisisi sosial yang antagonis dengan missi Risalah Islam yang sebenarnya, Rohmatan Lil 'Alamien...
Salah satu segmen dari mereka, antara lain yang Allah sebut sebagai berikut:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُ ۥ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِى قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ
Dan diantara manusia ada orang yang perkataannya dalam kehidupan dunia menakjubkanmu, dan diapun mempersaksikan Allah atas apa yang ada dihatinya, padahal ia adalah penentang yang paling radikal ("radikal bebas"). (Al Baqoroh : 204)
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ
Dan jika ia berpaling (diluar sana), ia mobile di bumi membuat kerusakan padanya, menghancurkan sawah ladang (sarana ekonomi) dan keturunan (generasi), padahal Allah tidak menyukai kerusakan. (Al Baqoroh : 205)
Begitulah, dikalangan kaum Muslimin itu pulalah adanya elemen-elemen "radikal bebas" yang begitu "menakjubkan" (mengherankan) pernyatan-pernyataannya yang dipersaksikan (dibenderai) pula dengan kumandang Asma Allah (Takbir), padahal mereka itu pembuat kerusakan, baik dibidang ekonomi maupun sosial budaya (yuhlikal hartsa wan nasla)
Adapun Musyrikin...? Siapa pula mereka...?
Dikalangan kaum Muslimin telah sejak dahulu tertanam kuat sebentuk pengertian bahwa tindakan/perbuatan musyrik (menyekutukan Allah) itu bentuk konkritnya antara lain: memuja berhala, percaya pada kekuatan ghaib selain Allah, minta pertolongan kepada kuburan (arwah) manusia atau benda keramat lainnya, dan lain sebagainya. Bahkan pernah diberitakan terjadi, sebuah patung hiasan kota didemo sekelompok orang untuk dirobohkan karena dianggap berhala.
Dengan pengertian seperti itu, sedikit sekali, bahkan nyaris tidak ada, orang yang menyadari (dianggap) bahwa dirinya melakukan tindak kemusyrikan. Sedangkan menurut Allah sendiri, sebagai pemilik dan pengguna terminologi MUSYRIKIN itu, seperti tersebut dalam Kalam-Nya sebagai berikut:
وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ (٣١) مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَڪَانُواْ شِيَعً۬اۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَيۡہِمۡ فَرِحُونَ
...dan janganlah kalian termasuk kaum MUSYRIKIN..., yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golonganan. Tiap-tiap golongan (HIZBU) membanggakan apa yang ada (menjadi anutan) pada golongan mereka itu. (Ar Rum : 31-32)
Cukup jelas dan tegas, siapa sebenarnya yang Allah sebut musyrikin itu. Bagaimana sampai sedemikian (disebut musyrikin), mereka yang berpecah belah dan bergolong-golonganan kemudian menganggap golongannya yang paling "Islami”, paling konsekuen dengan ajaran Islam, paling siap berjihad ataupun perang. Sedangkan golongan lain itu salah, lemah, tidak konsekuen, bahkan sesat dan kafir.
Pastinya hal demikian itu merupakan akibat dari langkah dan tindakan ilegal, merasa punya hak/wewenang (domain) untuk menyatakan dan menetapkan itu dan ini tentang Dienullah tanpa bukti adanya izin/wewenang (mandat) dari Allah, Pemilik Tunggal Dienul Islam ini.
Tindakan seperti demikian itu, nyata-nyata Allah menyebutnya sebagai tindakan MENYEKUTUI Allah, karena merumpak wewenang dan kedaulatan Allah. Terkait hal yang terakhir tersebut diatas, Allah nyatakan dengan jelas pada Kalam-Nya seperti berikut:
...أَمۡ لَهُمۡ شُرَڪَـٰٓؤُاْ شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُۚ
Ataukah mereka mempunyai (mengakui) para PENYEKUTU ALLAH (yaitu mereka) yang mensyariatkan bagian dari AD DIEN (Dienullah) ini, sesuatu yang tidak diizinkan Allah...? (Asy Syuro : 21)
Dari ayat-ayat Kalamullah tersebut di atas, jelas sekali bahwa tindakan kemusyrikan itu adalah tindakan menyekutui/menyekutukan Allah dalam bentuk merumpak wilayah kedaulatan (domain) Allah atas Ad Dien mili-Nya itu.
Tindakan bodoh berupa memuja benda keramat, atau meminta-minta pada kuburan dan sebagainya itu terlalu naif untuk Allah wacanakan dalam Al Quran. Tapi justru itulah yang lebih banyak didengungkan dikalangan kaum Muslimin, yang berdampak pengalihan dari apa yang sebenarnya Allah wacanakan dalam Al Quran.
Setelah jelas pengertian munafiqin dan musyrikin yang menjadi target ancaman Allah dalam Kalam-Nya dala surat Al Fath : 6 di atas, lantas apa saja "anggapan buruk" terhadap Allah yang Dia sebut padanya?
Anggapan (persangkaan) buruk tersebut tentunya tidak akan berupa anggapan, apalagi sebutan, bahwa Allah itu bodoh, lemah, pelit, kejam, tidak adil dan sebagainya, tidak akan ada orang berfikir apalagi mengatakan begitu.
Namun disadari atau tidak, mereka yang Allah sebut Musyrikin dan munafiqin itu banyak mengklaim atau menyatakan bahwa Allah mengajarkan/memerintahkan itu dan ini, yang ketika itu dilakukan, sisi kemuliaan dan keberadaban manusia serta merta menilainya sebagai hal yang buruk, tidak beradab, norak, tidak bisa diterima (munkar) dan lain sebagainya. Itu sama persis dengan punya anggapan yang buruk terhadap (agama) Allah, yang bisa mengakibatkan orang-orang (manusia) punya persepsi buruk tentang Islam.
Beberapa contoh yang sering terdengar, antara lain:
- Orang-orang non Muslim itu kafir, bahkan golongan Muslim tertentu yang dianggap sesat itupun kafir;
- Orang kafir itu halal darahnya, haram dijadikan pemimpin, membunuh mereka adalah jihad;
- Mengucapkan "Selamat Hari Natal" itu haram, malah lebih dari itu, murtad (keluar dari Islam);
- Pelaku maksiyat itu harus diberantas dengan cara apa saja, siapapun yang mau memberantasnya adalah mujahhid;
- "Indonesia itu milik Allah". (sebagai alasan untuk memaksakan "Syariat Islam" diberlakukan dalam negara); dan lain-lain.
Dipandang dari sisi kemanusian dan keberadaban manusia, contoh-contoh di atas itu adalah hal-hal yang dipandang buruk, yang menumbuhkan ketidak-sukaan, bahkan kebencian dari orang-orang di luar Islam.
Bahkan lebih parah lagi, seringkali sikap dan tindakan mereka yang dalam pandangan Allah sendiri amat buruk (bahkan kotor/keji), mereka keukeuh beranggapan bahwa itu perintah Allah hanya karena (menurut yang mereka dengar) merupakan perbuatan orang-orang tua mereka dahulu.
وَإِذَا فَعَلُواْ فَـٰحِشَةً۬ قَالُواْ وَجَدۡنَا عَلَيۡہَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِہَاۗ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati bapak-bapak kami melakukankan yang demikian itu, dan Allah memerintahkannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan hal yang keji". Mengapa kamu mengatakan sesuatu atas Allah apa yang tidak kamu ketahui? (Al A'rof : 28)
Padahal Allah telah menegaskan bahwa Dienullah (Dienul Islam) adalah fitrah manusia, setiap elemen dan butiran-butiran ajarannya pasti serasi, sinkron dan cocok benar dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Missi Risalah Samawi itu bermuatan Rahmatan Lil Alamien. Kehadirannya akan disambut bahagia, kecuali oleh orang-orang yang dholim.
Dititik lain, Allah menerintahkan semua pengikut Dien-Nya itu agar mengkuti Millah Ibrahim...
وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينً۬ا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُ ۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ۬ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬اۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٲهِيمَ خَلِيلاً۬
Dan siapakah yang paling baik agamanya daripada orang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah, dia melakukan yang terbaik dan mengikuti Millah Ibrahim secara konsisten...? (An Nisa : 125)
Sedangkan salah satu dari butiran Millah Ibrahim tersebut adalah sebagai berikut:
رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡـِٔدَةً۬ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَہۡوِىٓ إِلَيۡہِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٲتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ
Rabbi... agar mereka "menegakkan sholat" maka jadikanlah hati-hati manusia berkeinginan (bersimpati) kepada mereka, dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim : 37)
Dari ayat di atas didapat petunjuk bahwa untuk "tegaknya sholat" itu perlu dibangun simpati dari semua manusia yang berefek pada rizki dari Allah (kesejahteraan). Bagaimana mungkin itu terwujud, jika yang dibangun justru anggapan buruk dan kebencian manusia yang bahkan dilakukan dengan mengatasnamakan Allah. Subhanallahi 'ammaa yashifuun...
Maka sangatlah pantas jika Allah begitu murka disertai laknat dan ancaman neraka jahannam kepada kaum antagonis, sebagaimana tersebut pada Al Fath : 6 di atas. Sungguh merupakan perkara besar yang tidak boleh diabaikan atau disepelekan, atau dengan begitu saja sasarannya dilempar ke pihak lain.