Kejahatan Kemanusiaan Berdalih Jihad Akibat Dari Misskonsepsi Risalah Samawi

SHARE:

Ajaran perang dalam Islam itu benar-benar suci dan mulia. Ini bukan klaim sepihak yang subjektif, apalagi apologis, melainkan jagat kemanusiaan secara universal humanis akan mengiyakan dan menerimanya.

kejahatan-kemanusiaan-berdalih-jihad-akibat-dari-misskonsepsi-risalah-samawi

Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang memberi komen terkait salah satu tulisan kami di Facebook, ia menyodorkan ayat Al Quran, At Taubah : 29.

قَـٰتِلُواْ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَا بِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ ٱلۡحَقِّ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡڪِتَـٰبَ حَتَّىٰ يُعۡطُواْ ٱلۡجِزۡيَةَ عَن يَدٍ۬ وَهُمۡ صَـٰغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari akhir, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), dari kalangan orang-orang yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (At Taubah : 29)

Laku kami merespon dengan tulisan berjudul PENYALAHGUNAAN AYAT-AYAT PERANG, dan tidak ada lagi wacana tentang hal tersebut dari yang bersangkutan. (sebaiknya artikel tersebut dibaca dulu/lagi, untuk menyambungkan ke tulisan ini).

Di lain kesempatan, seorang teman di facebook, terkait perbedaan visi kami tentang Agama dan Negara, dia menyodorkan ayat dengan tulisan huruf latin biasa:

"yaa ayyuhal ladziena amanuu, kutiba alaikumul qitaal..."

Dan ia menambahkan :

"Ini perintah Allah yang wajib dilaksanakan. Lalu bagaimana melaksanakan perintah tersebut tanpa adanya sebuah negara yang mengaturnya".

Kami jawab: "Itu bukan perintah, itu sebuah maklumat atau pemberitahuan dari Allah bahwa perang itu suatu kemestian (kudu) yang tidak bisa tidak, meski kita terpaksa dan tidak suka melakukannya, jika illatnya (alasan penyebabnya) ada/terjadi, yaitu:
  1. Dipaksa tardid (keluar dati agama Islam)
  2. Diusir dari (direbut) kampung halaman.
Teman tersebut menyanggah lagi:

"Tapi faktanya, Rosulullah banyak melakukan ekspedisi penyerangan dan banyak melakukan "futuhat" (penguasaan/pendudukan wilayah). Jika illatnya cuma berdasarkan seperti itu saja, bagaimana mungkin Islam bisa memiliki wilayah kekuasaan yang semakin luas.

Haduhhh... Subhanallah (speechless deh...), heran bercampur sedih... Tidak memadai sekali jika topik ini dibahas hanya dengan berbalas komentar. Nanti sajalah... kami membuat tulisan tentang ini. Maka berikut ini kami mencoba membahas ihwal Konsep perang dalam Islam.

Ajaran perang dalam Islam itu benar-benar suci dan mulia. Ini bukan klaim sepihak yang subjektif, apalagi apologis, melainkan jagat kemanusiaan secara universal humanis akan mengiyakan dan menerimanya.

Tapi untuk mengungkapkan bukti-buktinya, harus menggunakan visi yang jernih terhadap konsep Dienullah secara utuh, mulai dari tataran paling pangkal (ushul/ashluha), agar tampak jelas bukti-bukti kebenarannya bahwa ini adalah konsep perang yang benar-benar berdasarkan petunjuk Allah dari langit.

Oleh sebab itu diperlukan terlebih dahulu, membahas aspek yang lebih mendasar, yang menyebabkan rusaknya konsep perang dalam Islam ini menjadi kejahatan kemanusiaan.

Rusaknya visi, implementasi dan aplikasi konsep perang pada golongan-golongan tertentu dari umat Islam itu sendiri, berpangkal dari kesalahan yang amat mendasar dan telah berlangsung berabad-abad, dalam mengidentifikasi dan mendefinisikan Dienul Islam itu sendiri, sejak tataran yang sangat fundamental.

Selama berabad-abad para ulama mengidentifikasi dan mendefinisikan Dienul Islam itu sebagai AGAMA YANG DIAJARKAN OLEH PARA NABI DAN ROSUL. Bahkan kemudian lebih menyempit lagi yaitu "yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW". Inipun teorinya begitu, sedangkan pada realitas yang ada, yang teridentifikasi publik adalah: "Agama yang diajarkan para ulama melalui ceramah-ceramah mereka serta kitab-kitab atau artikel yang mereka tulis". Dan semua itu diklaim sebagai berdasarkan segala apa yang diucapkan dan dilakukan oleh Muhammad Rosulullah.

Padahal jika ditelusuri ke sumber yang sebenar-benarnya dari Allah (dengan "ber-inabah" kepadaNya), maka definisinya benar-benar universal, bukan apa yang para Nabi dan Rosul ucapkan dan lakukan, melainkan apa yang ALLAH "TURUNKAN" KEPADA MEREKA.

Inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan diimani. Berulang kali Allah menegaskan hal tersebut, antara lain:

...وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ

Dan mereka yang beriman kepada apa yang DITURUNKAN KEPADAMU, dan apa yang DITURUNKAN SEBELUM KAMU...(Al Baqoroh : 4)

قُولُوٓاْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبۡرَٲهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ وَإِسۡحَـٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِىَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٍ۬ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُ ۥ مُسۡلِمُونَ

Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang DITURUNKAN kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (Al Baqoroh : 136).

قُلۡ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ عَلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ وَإِسۡحَـٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٍ۬ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُ ۥ مُسۡلِمُونَ

Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak/keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami tunduk berserah diri" (Ali Imron : 84).

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ‌ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَـٰٓٮِٕكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٍ۬ مِّن رُّسُلِهِ

Rasul itu beriman kepada (mengimani) APA YANG DITURUNKAN KEPADANYA dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya",...(Al Baqoroh : 285)

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَءَامَنُواْ بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ۬ وَهُوَ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّہِمۡ‌ۙ كَفَّرَ عَنۡہُمۡ سَيِّـَٔاتِہِمۡ وَأَصۡلَحَ بَالَهُمۡ

Dan orang-orang yang beriman dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang DITURUNKAN KEPADA MUHAMMAD dan itulah AL HAQ dari Tuhan mereka, Allah menutup keburukan-keburukan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (Muhammad : 2)

Demikian ditegaskan berulang-ulang, bahwa yang wajib diimani itu adalah apa yang Allah turunkan kepada Para Rosul semuanya, tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Bukan apa yang mereka ucapkan dan lakukan, apalagi dipersempit menjadi "apa yang diucapkan dan dilakukan oleh Muhammad Rosulullah". Semua itu merupakan hal yang ghaib yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya selain berdasarkan keterangan dari Al Kitab yang Allah turunkan itu. Keterangan dari selain Kitabullah, hanya sebatas persangkaan atau dugaan (dhonny). (Silahkan baca postingan kami berjudul: Menyingkap Ihwal Perkara Gaib).

Yang Allah turunkan kepada para Nabi itu adalah PETUNJUK (HUDAN), pedoman bagi mereka untuk dapat memahami secara benar (hakiki) berbagi fenomena yang Allah hadirkan dalam kehidupan mereka, lalu menyikapinya dan melakukan tindakan dan langkah-langkah secara benar pula. Bukan bermuatan sesuatu yang merupakan pembebanan bagi manusia. Berulang kali Allah menyatakan bahwa Al Quran itu berisi PETUNJUK (hudan), PENJELASAN (bayan/tibyan), dan sebagainya.

Tidak ada perintah Allah kepada manusia berupa Wahyu Kalamiyah, agar manusia ambil bagian (apalagi membantu Allah) mewujudkan segala rencana dan agenda-Nya.

Jika Allah menghendaki sesuatu, atau dengan kata lain, jika Allah punya agenda atau rencana untuk terwunudnya apapun, Allah tinggal bilang: "KUN" (Terjadilah). Maka berlangsunglah proses untuk terjadinya segala yang Allah kehendaki. Allah tidak perlu meminta siapapun untuk mewujudkan apapun dari agenda-Nya itu.

Yang namanya PETUNJUK itu antara lain dapat dianalogkan ibarat para pelajar atau mahasiswa yang sedang menghadapi ujian, mereka diberi petunjuk bagaimana mengerjakan atau menjawab soal-soal yang disodorkan kepada mereka. Sudah pasti bahwa petunjuk itu bukan soal ujian itu sendiri.

Petunjuk mengerjakan soal ujian, untuk segala mata pelajaran dari tahun ke tahun, bahkan untuk setiap jenjang tingkatan relatif sama, dan bukan merupakan suatu beban yang berat untuk dipikul, malah sebaliknya, menuntun pada sisi kemudahan dalam mengerjakan soal.

Sangat berbeda sekali halnya dengan soal yang mereka hadapi dan harus mereka jawab/kerjakan. Bagaimana mungkin seorang pelajar menjawab soal ujian yang dihadapinya hanya dengan "menyalin" lembar jawaban dari seniornya tahun-tahun yang lalu, hanya karena seniornya itu mendapat nilai 100.

Maka sekali lagi, Al Quran bukan menghantarkan suatu pembebanan dari Allah kepada manusia, tetapi menyediakan apa yang dibutuhkan manusia, yaitu CAHAYA untuk menerangi kehidupan yang mereka jalani.

مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ (٢) إِلَّا تَذۡڪِرَةً۬ لِّمَن يَخۡشَىٰ

Tidaklah Kami menurunkan Al Quran kepadamu untuk membuatmu kepayahan (membebanimu). Melainkan sebagai peringatan (warning) bagi siapa yang merasa takut (menyadari adanya sesuatu yang ditakutkan). (Thoha : 2,3)

...وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِى ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٍ۬‌ۚ...

...dan Allah tidak menjadikan atas kamu dalam Agama ini satupun kesempitan... (Al Hajj : 78)

Memang benar Al Quran itu sesuatu yang berat, canggih dan dahsyat. Ibaratnya dalam kehidupan fisik manusia (masyarakat), ketika butuh cahaya untuk menerangi rumah-rumah mereka di malam hari. Dibutuhkan sejumlah mega proyek yang canggih berupa pusat pembangkit tenaga listrik. Pembangkit tenaga listrik itu dibuat bukan untuk membebani atau menyusahkan masyarakat, melainkan justru untuk menyediakan kebutuhan mereka akan energi.

Allah menggambarkan betapa dahsyat dan beratnya Al Quran, dengan Kalam-Nya sebagai berikut:

وَلَوۡ أَنَّ قُرۡءَانً۬ا سُيِّرَتۡ بِهِ ٱلۡجِبَالُ أَوۡ قُطِّعَتۡ بِهِ ٱلۡأَرۡضُ أَوۡ كُلِّمَ بِهِ ٱلۡمَوۡتَىٰ‌ۗ بَل لِّلَّهِ ٱلۡأَمۡرُ جَمِيعًا‌ۗ

Kalau saja ada suatu bacaan yang dengannya gunung-gunung terguncangkan atau bumi bisa terbelah atau dengannya orang mati dibuat dapat bicara, (Al Quranlah itu). Tetapi hanya milik Allah-lah urusan itu seluruhnya (Allah tidak berbagi urusan dengan siapapun)... (Ar Ra'd: 31)

لَوۡ أَنزَلۡنَا هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ۬ لَّرَأَيۡتَهُ ۥ خَـٰشِعً۬ا مُّتَصَدِّعً۬ا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِ‌ۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَـٰلُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ

Kalau saja Kami turunkan Al Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya ambruk hancur terpecah belah dikarenakan takutnya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, mudah-mudahan mereka berfikir. (Al Hasyr : 21)

Itu adalah perumpamaan. Bayangkan, beban seberat apa yang bisa membuat gunung jadi abruk dan hancur? Mungkinkan Al Quran yang sedemikian berat dan dahsyatnya itu Allah menjadikannya beban bagi manusia? Padahal berulang kali ditegaskan bahwa Allah tidak pernah membebani suatu diri, melampaui kapasitasnya.

...لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا‌ۚ

Allah tidak membebani satu diripun, melainkan sesuai kapasitasnya... (Al Baqoroh : 286)

Kemudian pertanyaannya.

Lantas apa yang menjadi "soal ujian" yang harus dijawab oleh para Rosul pengemban missi Risalah itu?

Jawabannya adalah:

Berbagai ihwal dan fenomena kehidupan yang Allah hadirkan kepada mereka pada tempat dan zaman dimana mereka eksis.

...لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا مَآ ءَاتَٮٰهَا‌ۚ

Allah tidak membebani seseorang melainkan apa yang Allah datangkan kepadanya.... (Ath Tholaq : 7)

وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَڪُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَلَـٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِى مَآ ءَاتَٮٰكُمۡ‌ۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٲتِ‌ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُڪُمۡ جَمِيعً۬ا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ

Kalau sekiranya Allah menghendaki, sungguh Dia menjadikan kalian satu ummat saja. Akan tetapi untuk MENGUJI KALIAN dalam hal apa yang Dia DATANGKAN KEPADA KALIAN. Maka berlombalah dalam kebaikan (kemajuan/keunggulan). Kepada Allah-lah kalian kembali semuanya, lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian perselisihkan. (Al Maidah : 48)

إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً۬ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّہُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi (dinamika kehidupan) sebagai perhiasan baginya, agar Kami MENGUJI MEREKA siapakah diantara mereka yang bekerja terbaik. (Al Kahfi : 7)

Jelas sekali bahwa "mata ujian" yang Allah sodorkan itu adalah ihwal kondisi kehidupan yang Allah hadirkan pada tempat dan zamannya masing-masing.

Untuk dapat menampilkan kerja terbaik (ihsan) dalam menyikapi kondisi kehidupan yang ada, Allah menurunkan Al Quran seagai pedoman dan petunjuknya.

Satu hal yang sangat mendasar dari petunjuk Allah tersebut adalah: Bagaimana aktivitas kehidupan manusia ini harus dikembangkan dan diarahkan, agar sejalan/serasi (progonis) dengan Asma Allah AR RAHMAN AR RAHIEM.

Arahan dan petunjuk Allah tentang hal ini telah jelas sekali, berikut ini diantaranya.

...وَجَـٰهِدُواْ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦ‌ۚ هُوَ ٱجۡتَبَٮٰكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِى ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٍ۬‌ۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمۡ إِبۡرَٲهِيمَ‌ۚ

Dan berjihadlah dipihak Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tidak membuat satupun kesempitan dalam Agama ini. (Perjuangkanlah) harapan dan cita-cita ("Millah") bapak (nenek moyang) kalian Ibrahim... (Al Hajj : 78)

إِنَّ إِبۡرَٲهِيمَ كَانَ أُمَّةً۬ قَانِتً۬ا لِّلَّهِ حَنِيفً۬ا وَلَمۡ يَكُ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ (١٢٠) شَاڪِرً۬ا لِّأَنۡعُمِهِ‌ۚ ٱجۡتَبَٮٰهُ وَهَدَٮٰهُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (١٢١) وَءَاتَيۡنَـٰهُ فِى ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةً۬‌ۖ وَإِنَّهُ ۥ فِى ٱلۡأَخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ (١٢٢) ثُمَّ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬ا‌ۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ

Sesungguhnya Ibrahim adalah suatu Ummat konsisten dipihak Allah secara bersih dan lurus, dan dia tidak termasuk kaum penyekutu Allah. Yang mensyukuri berbagai nikmat-Nya, Allah telah menyeleksinya dan menunjukinya ke Jalan Yang Lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan (hasanah) di dunia, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang shaleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah millah Ibrahim secara lurus konsisten". Dan dia tidaklah termasuk kaum penyekutu Allah (perumpak hak dan wewenang Allah). (An Nahl : 120-123)

وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينً۬ا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُ ۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ۬ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬ا‌ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٲهِيمَ خَلِيلاً۬

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang tunduk sepenuhnya kepada Allah, melakukan kerja terbaik, dan ia mengikuti millah (harapan dan cita-cita) Ibrahim secara konsisten? Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai yang disukai. (Annisa : 125)

قُلۡ صَدَقَ ٱللَّهُ‌ۗ فَٱتَّبِعُواْ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬ا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Katakanlah: "Maha Benar Allah". Maka ikutilah millah Ibrahim secara lurus/konsisten, dan dia bukanlah bagian dari kaum penyekutu Allah. (Ali Imron : 95)

Celakanya, terminologi Millah Ibrahim ini terkubur dari wacana publik Muslimin. Ulama mengartikannya "Agama Ibrahim". Kurang lebih hanya menujukkan bahwa Agama Islam ini serumpun dengan Agama Ibrahim, sedangkan agama Ibrahim itu masa lalu yang sudah lewat.

Padahal yang Allah sebut Millah Ibrahim itu berupa serangkaian cita-cita, harapan/ekspektasi Ibrahim bagi kehidupan generasi sesudahnya.

Rumusan Millah Ibrahim bukan diangkat dari perintah-perintah Allah yang harus dijalankan Ibrahim ("top down"), melainkan dari rangkaian doa-doa Ibraham (aspiratif/bottom up) yang telah diapresiasi Allah dan direkomendasikan agar dijadikan harapan dan cita-cita (arah jihad) manusia-manusia sesudahnya.

(Silakan baca kembali postingan kami terdahulu: PENGERTIAN MILLAH IBRAHIM).

Diantara harapan dan doa-doa Ibrahim itu, antara lain:

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِـۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا بَلَدًا ءَامِنً۬ا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُ ۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡہُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ‌ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ ۥ قَلِيلاً۬ ثُمَّ أَضۡطَرُّهُ ۥۤ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ‌ۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah (lembah) ini, suatu negeri yang aman, dan beri rizki-lah warganya dari buah-buahan, bagi orang-orang yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari akhir. Allah berkata: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sedikit, kemudian Aku terpaksakan ia menjalani adzab neraka dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali". (Al Baqoroh : 126)

Ibrahim hanya berharap keamanan dan kesejahteraan bagi orang-orang Mukmin saja. Tapi Allah menyatakan bahwa Allah mengagendakan pula kesenangan (di dunia) bagi orang-orang kafir juga.

Ini berarti bahwa mengganggu kesenangan orang-orang kafir itu merupakan tindakan antagonis terhadap agenda Allah.

Doa Ibrahim lainnya :

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنً۬ا وَٱجۡنُبۡنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, aman sentosa dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari menyembah berhala. (Ibrahim : 35)

فَٱجۡعَلۡ أَفۡـِٔدَةً۬ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَہۡوِىٓ إِلَيۡہِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٲتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ

...jadikanlah hati/perasaan manusia berkeinginan (senang/simpati) kepada mereka, dan beri rizki-lah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Ibrahim : 37)

Essensi dari cita-cita dan ekspektasi Ibrahim itu adalah tumbuhnya peradaban pada generasi penerusnya yang bernuansa dasar: SUCI (antara lain dari pengabdian kepada berhala), AMAN, MAKMUR, RUKUN dan DAMAI, yang berkesinambungan dari generasi ke generasi.

Itulah ekspektasi Ibrahim yang Allah rekomendasikan kepada para Rosul sesudahnya untuk dijadikan tujuan dan arah jihad mereka, yang dijelaskan dalam surat Al Hajj : 78.

Jelas sekali bahwa Risalah Allah yang dibawakan para Rosul-Nya itu, bukan dalam rangka "memperjuangkan" terwujudnya rencana dan agenda Allah (apa yang Allah kehendaki), Allah tak perlu berbagi dengan siapapun untuk itu, melainkan untuk membimbing manusia meraih kehidupan yang baik di dunia, dan untuk keselamatan mereka di Akhiroh.

Islam adalah "rumah besar" kaum Muslimin. Orang-orang yang beriman diseru Allah untuk masuk dan menetap didalamnya, membangun sebuah komunitas "Ummatan Wahidah", membentuk setiap individu mereka menjadi Hamba-hamba Allah Yang Shaleh.

Untuk itulah dakwah dan jihad Allah perintahkan. Bukan untuk memaksa manusia agar beriman, atau memaksa orang-orang di luar "rumah besar" tersebut melaksanakan/menjalankan (syari'at) Islam.
Name

Dakwah Ilallah,12,Jalan Keselamatan,7,Jurnal Roqim,1,Kajian Lepas,42,Manhaj Risalah,12,
ltr
item
Ini Islam: Kejahatan Kemanusiaan Berdalih Jihad Akibat Dari Misskonsepsi Risalah Samawi
Kejahatan Kemanusiaan Berdalih Jihad Akibat Dari Misskonsepsi Risalah Samawi
Ajaran perang dalam Islam itu benar-benar suci dan mulia. Ini bukan klaim sepihak yang subjektif, apalagi apologis, melainkan jagat kemanusiaan secara universal humanis akan mengiyakan dan menerimanya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtnI7fLhRXA1dbX9Nvtw-cuzw2xBTPiUf6biL4qOvlk_9NcgH57ZZoMoKPs__qAgRkDbnRUUzzH9JsGIdJIVh6dRnHnz8Y2TCZmSouh8IXqf_0oHCQ6MSoPCDX2sFqyn9MedGC51nk3G0/s640/kejahatan-kemanusiaan-berdalih-jihad-akibat-dari-misskonsepsi-risalah-samawi.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtnI7fLhRXA1dbX9Nvtw-cuzw2xBTPiUf6biL4qOvlk_9NcgH57ZZoMoKPs__qAgRkDbnRUUzzH9JsGIdJIVh6dRnHnz8Y2TCZmSouh8IXqf_0oHCQ6MSoPCDX2sFqyn9MedGC51nk3G0/s72-c/kejahatan-kemanusiaan-berdalih-jihad-akibat-dari-misskonsepsi-risalah-samawi.png
Ini Islam
http://www.iniislam.net/2017/03/kejahatan-kemanusiaan-berdalih-jihad-akibat-dari-misskonsepsi-risalah-samawi.html
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/2017/03/kejahatan-kemanusiaan-berdalih-jihad-akibat-dari-misskonsepsi-risalah-samawi.html
true
7017169815549685310
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content