Setelah berpuluh tahun terus-menerus meneliti dan mencermati Konsep Dienullah yang hakiki, bukan hanya dari balik rekal atau dari ba...
Setelah berpuluh tahun terus-menerus meneliti dan mencermati Konsep Dienullah yang hakiki, bukan hanya dari balik rekal atau dari balik meja dengan setumpuk kitab-kitab tebal, bukan hanya dengan mendengar pendapat dari mulut ke mulut, dari buku ke buku, tapi dengan menjelajahi dan menghayati berbagai relung palung dan lembah ngarai kehidupan ber-Islam.
Dengan mentafakuri dan mencermati sumber yang paling original dari Allah, berupa KARYANYA dan KALAMNYA secara lurus dan bersih dari jamahan tangan-tangan kotor manusia, dengan pendekatan “Ummiyyiin” dan ”ulul albab”, yakni dengan memaksimalkan penggunaan bashieroh dan af’idah (pengamatan dan penalaran akal sehat) atas fakta-fakta yang terbentang di depan mata, terbebas dari belenggu paradigmatik buatan manusia, ternyata apa yang dikhawatirkan selama ini benar adanya, yaitu “salah benih yang ditanam”.
Adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa keseluruhan ajaran Islam yang dianut dan berlaku mapan selama ini, nyaris sudah tidak ada lagi yang bersumber dari Allah, sejak dari tataran yang fundamental, tatanan struktural sampai pada tataran operasional/kultural (bentuk-bentuk amaliyah), telah diganti dengan hasil rumusan dan kesepakatan para ulama, yang digali atau dieksplor dari berbagai pendapat dan berbagai kabar/berita tentang apa yang menjadi anutan dan pengamalan orang dahulu (para leluhur) yang semuanya berderajat “dhonni” (persangkaan, dugaan, kabarnya, menurut pendapat Abu Anu, ada yang berpendapat bahwa ... dsb., dst). Allah dengan tegas menolak segala sesuatu yang bersifat dhonni tersebut untuk dijadikan dasar kebenaran.
وَمَا يَتَّبِعُ أَكۡثَرُهُمۡ إِلَّا ظَنًّاۚ إِنَّ ٱلظَّنَّ لَا يُغۡنِى مِنَ ٱلۡحَقِّ شَيۡـًٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَفۡعَلُونَ
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yunus : 36)
وَإِن تُطِعۡ أَڪۡثَرَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanya mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengada-ada (Al An’am : 116)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَآ أَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآۗ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَهۡتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: “Tetapi kami sudah biasa mengikuti apa yang telah kami dapati sebagai ajaran leluhur kami". Apakah meskipun leluhur mereka itu tidak menggunakan akal (logika) sedikitpun dan tidak menepati petunjuk?” (Al Baqoroh : 170)
Bisa saja dan boleh saja suatu keterangan, berita atau pendapat siapapun didengar dan diterima sebagai kebenaran bagi mereka yang belum mengetahuinya, artinya yang menerangkan sudah lebih dulu mengetahui. Dengan syarat keterangan tersebut didukung dengan fakta-fakta yang membuktikan bahwa itu dari Allah.
Karena kebenaran dari Allah itu hadir nyata di depan (dalam jangkauan) penginderaan dan akal sehat semua orang, yaitu dalam wujud segala apa yang ada dan terjadi di alam ini (ayat-ayat Kauniyah) dan keterangan dari Allah yang tertuang dalam Al Quran (Ayat-ayat Kalamiyah) keduanya itulah yang disebut “Ayat-ayat Allah”, bukti-bukti kebenaran dari Allah. Di luar itu, yakni yang tidak terdapat pada salah satu atau keduanya, adalah fiktif (iftiro, mengada-ada), dongeng atau kebohongan, bukan kebenaran.
Hanya saja, kadar keawasan dan penalaran manusia itu tentunya tidak sama, maka akan ada saja yang menemukan lebih dulu lalu menunjukkannya kepada orang lain. Namun demikian, hanya berita atau keterangan yang terbuktikan itu sajalah yang boleh diterima sebagai kebenaran.
حمٓ (١) تَنزِيلُ ٱلۡكِتَـٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ (٢) إِنَّ فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ (٣) وَفِى خَلۡقِكُمۡ وَمَا يَبُثُّ مِن دَآبَّةٍ ءَايَـٰتٌ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُوقِنُونَ (٤) وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّہَارِ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن رِّزۡقٍ۬ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا وَتَصۡرِيفِ ٱلرِّيَـٰحِ ءَايَـٰتٌ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَعۡقِلُونَ (٥) تِلۡكَ ءَايَـٰتُ ٱللَّهِ نَتۡلُوهَا عَلَيۡكَ بِٱلۡحَقِّۖ فَبِأَىِّ حَدِيثِۭ بَعۡدَ ٱللَّهِ وَءَايَـٰتِهِۦ يُؤۡمِنُونَ
- Haa Miim
- Diturunkannya Al Kitab itu dari Allah yang Maha Canggih lagi Maha Tepat-segala.
- Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat (bukti kebenaran) bagi orang-orang yang beriman.
- dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat ayat-ayat bagi kaum yang yakin (menyaksikan bukti kebenaran),
- dan pada pergantian malam dan siang dan apa yang Allah turunkan dari langit (air) sebagai karunia lalu dihidupkan-Nya dengan air itu bumi sesudah matinya; dan pada pengisaran angin terdapat ayat-ayat bagi kaum yang berakal.
- Itulah AYAT-AYAT ALLAH yang Kami wacanakan kepadamu dengan kebenaran; Maka dengan keterangan (hadits) yang mana lagi mereka akan percaya sesudah (selain) ALLAH DAN AYAT-AYAT-NYA? (Al Jatsiyah : 1-6)
Segugus Kalamullah di atas begitu jelas dan tegas menyatakan bahwa fakta-fakta kauniyah dan keterangan Kalamullah itu telah begitu lengkap dan sempurna untuk menjadi petunjuk dan informasi kebenaran. Dan tidak ada keterangan lain dari manapun yang boleh dipercaya sebagai kebenaran, jika tidak bisa dikonfirmasi dan dibuktikan dengan fakta-fakta kauniyah dan Kalamullah tersebut.
Tetapi yang diajarkan dan diyakini sebagai ajaran Islam Agama Allah selama ini, bukan hanya tidak terdapat pada ayatayat Allah tersebut di atas (fiktif), bahkan mengabaikan petunjuk yang ada dan melawannya. Sehingga dengan demikian, banyak sekali hal-hal yang berlawanan secara diametral alias bertentangan 180 derajat dengan petunjuk dan Ayat-ayat Allah tersebut.
Contoh yang paling dekat adalah Al Jatsiyah ayat 6 tersebut di atas. Maka dengan keterangan (hadits) yang mana lagi mereka akan percaya sesudah (selain) ALLAH DAN AYAT-AYAT-NYA?” Ini berarti bahwa tidak ada yang boleh dipercaya sebagai kebenaran selain Ayat-ayat Allah, dan keterangan berupa apapun dan dari manapun sumbernya harus dikonfirmasi atau dibuktikan kebenarannya dengan Ayat-ayat Allah itu. Maka walau bagaimanapun sumber kebenaran itu hanya Allah satu-satunya.
