Proses Iqomuddien Menurut Sunnatullah: Fenomena Syajaroh Khobietsah

SHARE:

Secara harfiyah, "khobietsah" itu artinya buruk/jahat/kotor. Term "syajaroh khobietsah" ini Allah ambil sebagai ...


Secara harfiyah, "khobietsah" itu artinya buruk/jahat/kotor. Term "syajaroh khobietsah" ini Allah ambil sebagai perumpamaan (analog) dari "Kalimah Khobietsah". Adapun term "kalimah" berarti: ilmu/konsep/kebijakan terkait keberadaan alam semesta dan kehidupan manusia, yang beberapa kali Allah gunakan dalam Kalam-Nya, antara lain:

... وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدۡقً۬ا وَعَدۡلاً۬‌ۚ

Telah sempurnalah Kalimah Robbmu sebagai kalimah (konsep hidup/ajaran) yang benar dan adil ... (Al An'am: 115)

... وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ ٱلۡحُسۡنَىٰ عَلَىٰ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ بِمَا صَبَرُواْ‌ۖ ...

... dan sempurnalah Kalimah (konsep/kebijakan) Robbmu yang terbaik atas Bani Israil terkait kesabaran mereka ... (Al A'rof: 137)

قُل لَّوۡ كَانَ ٱلۡبَحۡرُ مِدَادً۬ا لِّكَلِمَـٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلۡبَحۡرُ قَبۡلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـٰتُ رَبِّى وَلَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِهِۦ مَدَدً۬ا

Katakanlah: Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat (perbendaharaan ilmu) Robbku, pasti habis lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Robku, meskipun Kami datangkan (lagi) tambahan sebanyak itu. (Al Kahfi: 109)

Dari makna etimologis di atas, maka frase KALIMAH KHOBIETSAH itu berarti: "Konsep hidup (ajaran) yang dikembangkan bukan dari kebenaran (Al Haq) dari Allah", ajaran yang bathil (ilegal). Karena ajaran yang demikian itu pastinya mengandung sifat-sifat yang buruk, jahat, kotor dan sebagainya.

Tentang Kalimah Khobietsah ini, Allah membuat perumpamaan/analogi sebagai berikut:

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ۬ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ۬

Dan perumpamaan KALIMAH KHOBIETSAH (Konsep yang buruk/bathil) itu seperti pohon yang buruk, yang telah ditebang dari (sebelah) atas bumi; tidak punya tempat bertancap. (Ibrahim : 26)

Namun sayang, pada terjemahan pada umumnya (merujuk pada terjemahan versi kemenag RI) terjemahan ayat di atas itu diubah, sehingga menjadi rancu.

"Dan perumpamaan kalimat yang buruk, seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun"

"Dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi", kalimat ini sangat rancu. Tercabut dengan akar-akarnya itu bukan dari permukaan bumi, karena posisi akar itu bukan di permukaan bumi, melainkan di bawah permukaan bumi. Sedangkan kata "fauqo" itupun bukan pula artinya permukaan, melainkan lebih ke atas (pada ketinggian tertentu di atas permukaan bumi).

Oleh sebab itu, terjemahan yang benar itu bukan "dicabut dengan akar-akarnya" melainkan "tumbang" patah batangnya. Bisa karena diterjang angin kencang atau ditebang orang. Terpisah lepas dari pokok (pangkal batang) dan akarnya.

Maka demikianlah, konsep kehidupan (ajaran) yang buruk/bathil itu ibarat pohon yang telah ditebang tumbang, lepas dari pokok dan akarnya, tidak lagi bertancap mantap di bumi, bisa dibawa kemana-mana.

Pohon yang telah tumbang (simbol dari konsep yang bathil) itu, memang asalnya dari pohon yang hidup dan tumbuh juga. Tetapi karena telah ditebang maka matilah ia. Karakteristik Syajaroh Thoyyibah tidak ada lagi. Tidak lagi tumbuh, bermetamorfosa dan tidak juga bereproduksi, tidak pula dirasakan manfaatnya setiap saat. Semua komponen materi dari pohon tersebut hanya dari apa yang pernah tumbuh dahulu, yang dianggap tetap eksis sepanjang zaman. Inilah issue "syajarotul khuldi" (pohon abadi), issue fiktif tipuan Iblis kepada Adam, yang sebelumnya Allah telah mewanti-wanti Adam untuk tidak mendekatinya.

Pada kondisi yang demikian itulah peluang bagi iblis untuk melancarkan siasatnya sebagaimana yang diikrarkannya sebagai berikut:

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّہُمۡ أَجۡمَعِينَ (٣٩) إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡہُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan HIASKAN bagi mereka di muka bumi, dan pasti akan aku sesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu diantara mereka yang "MUKHLASHIEN" (Yang dibersih-murnikan). (Al Hijr : 39-40)

Maka dihiaskanlah (dipasanglah berbagai "aksesoris" fiktif) berupa berbagai komponen tambahan hasil dari mengada-ada (iftiro), sesuatu yang sama sekali tidak bersumber dari Allah, Pemilik Konsep Kalimah Thoyyibah.

Ibarat sepenggal dahan dan ranting kering, dipasangi berbagai hiasan, seperti kulit telur yang dilukis dan berbagai aksesoris lainnya. Mungkin bisa lebih semarak dan layak jadi pajangan, akan tetapi tetap mati. Dalam arti pengguna dan pengusung syajaroh khobietsah itu, dalam kegelapan tanpa cahaya Allah.

Dalam ketiadaan Cahaya Allah itu, golongan manusia yang hatinya mati itu sangat ketergantungan pada segala yang dilakukan dan diajarkan orang-orang tua (nenek moyang dahulu). Bahkan untuk bisa tergolong "Ibadallahil Mukhlashin", satu-satunya segmen manusia yang terhindar (imun) dari tipun Iblis, sebagaimana pada ayat di atas, merekapun bergantung pada ajaran dari orang-orang dahulu.

وَإِن كَانُواْ لَيَقُولُونَ (١٦٧) لَوۡ أَنَّ عِندَنَا ذِكۡرً۬ا مِّنَ ٱلۡأَوَّلِينَ (١٦٨) لَكُنَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلۡمُخۡلَصِينَ (١٦٩) فَكَفَرُواْ بِهِۦ‌ۖ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ
  • Dan pastilah mereka akan berkata:
  • "Kalau saja pada kami ada suatu ajaran dari orang-orang dahulu
  • Pasti kami menjadi "IBADALLAHIL MUKHLASHIEN"
  • Maka (akibat dari itu) merekapun mengkufurinya (mengkufuri Al Quran/Al Haq); Maka kelak (suatu saat) mereka akan mengetahui. (Ash Shoffat 167-170)
Begitulah, apapun yang Allah TURUNKAN baik berupa ayat-ayat "kauniyah" yaitu fenomena yang Allah munculkan dan tumbuh pada kehidupan manusia, maupun ayat-ayat "kalamiyah" yang termaktub dalam Al Quran, mereka abaikan dan ingkari. Mereka hanya bisa mengenal (mengidentifikasi) dan menerima konsep/ajaran Dienullah dari apa yang diajarkan orang-orang dahulu. Meskipun ajaran-ajaran yang mereka terima itu tidak lagi nyambung sama sekali dengan logika akal sehat dan tidak pula dengan petunjuk Kalamullah.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَآ أَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآ‌ۗ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَهۡتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Allah turunkan," mereka menjawab: "(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (ajaran dan amalan) bapak-bapak (orang-orang tua) kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), meski yang mereka ikuti itu tidak menggunakan akal (logika) sedikitpun dan tidak mengikuti (tidak sesuai dengan) petunjuk?". (Al Baqoroh: 170)

Ayat di atas memberi petunjuk bahwa apa yang diikuti itu mesti difilter dengan dua parameter.

Pertama: Dapatkah diterima (sesuai dengan) logika akal sehat?

Kedua: Sesuaikah dengan petunjuk dari Allah (Al Quran)?

Namun lagi-lagi terjemahan ayat di atas diubah-ubah. Ruas ayat diatas: ... لَا يَعۡقِلُونَ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَهۡتَدُونَ ... diterjemahkan "tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk". Ini penggelapan petunjuk Allah yang sangat serius, yang bisa tergolong makar atau pengkhianatan terhadap Allah.

Padahal mereka tahu benar bahwa يَعۡقِلُونَ itu artinya MENGGUNAKAN AKAL bukan MENGETAHUI. Kemudian يَهۡتَدُونَ itu artinya BERPETUNJUK alias MENGIKUTI PETUNJUK bukan MENDAPAT petunjuk.

Sebagaimana pada ayat yang lain berikut ini:

مَن يَہۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِ‌ۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُ ۥ وَلِيًّ۬ا مُّرۡشِدً۬ا

Orang yang mendapat petunjuk Allah, maka dialah yang (bisa) berpetunjuk (pengikut petunjuk). Dan orang yang disesatkan, maka tidak akan kamu dapati bahwa ia punya pemimpin yang membimbingnya. (Al Kahfi: 17)

Jika terjemahannya tidak diubah, maka filter dari petunjuk Allah itu bersifat objektif. Yang dilihat adalah ajaran dan amalan yang diikuti itu. Apakah itu berlawanan dengan akal sehat, dan atau menyalahi petunjuk? Jika YA ... jangan diikuti.

Tapi kemudian terjemahan itu diubah orang, sehingga kesannya berubah total, menjadi subjektif provokatif menumbuhkan sentimen kelompok. Yang disasar adalah tokoh-tokoh yang diikuti itu dikatakan sebagi orang yang TIDAK MENGETAHUI SUATU APAPUN DAN TIDAK MENDAPAT PETUNJUK. Pastilah para pengikut itu akan merasakan bahwa ini suatu pelecehan. Mereka tidak terima jika orang-orang tua panutan meteka itu dianggap demikian.

Dengan demikian peringatan dari Allah itu dipelencengkan. Mereka tidak terima jika dianggap seperti yang Allah maksud dalam Kalam-Nya tersebut. Akibatnya mereka tetap tidak peduli dan tidak mau tahu, bahwa apa yang diajarkan untuk mereka yakini dan amalkan itu, sebenarnya menyalahi petunjuk Allah dan menyalahi logika akal murni.

Lebih jauh lagi, mereka seakan tidak menyadari (tidak peduli?) bahwa tata nilai dalam perkembangan peradaban manusia itu adalah dinamis. Hidup tumbuh, berkembang dan berubah mengimbangi ruang dan waktu.

Banyak dari jenis-jenis perilaku budaya manusia yang pada masa ini tergolong biadab dan keji, tapi pernah ada masanya dahulu dimana perilaku demikian itu dianggap lumrah dan wajar. Duniapun mengakuinya sebagai tindakan yang sah-sah saja. Adalah wajar dan legal (pada masanya dahulu) jika golongan (qobilah/bangsa) yang kuat menyerbu kelompok lain yang lemah. Hartanya dirampas, negerinya dikuasai, warganya diperbudak. Maka kolonialisme itupun (penindasan dari bangsa yang kuat terhadap bangsa yang lemah) pernah eksis berjaya dalam kehidupan manusia, padahal pada zaman ini dunia mengutuknya.

Pada masanya dulu, adalah lumrah dan terhormat. Jika seorang pemimpin (kepala) suku/qobilah/bangsa mempunyai beberapa bahkan puluhan istri. Tapi sekarang, seorang pemimpin beristri dua saja, publik bisa gaduh.

Begitulah sedikit contoh dinamika tata nilai yang didasari konsep kehidupan yang benar-benar hidup. Dan ini adalah bagian dari Sunnatullah. Bahkan hukum positif yang berlaku pun hidup dinamis, mengimbangi dinamika tata nilai sesuai ruang dan waktu.

Tapi tidak demikian halnya dengan mereka yang bersikukuh pada konsep kehidupan (ajaran) yang mati, yang Allah sebut sebagai "Kalimah khobietsah" (konsep yang buruk) yang dilambangkan dengan "syajaroh khobietsah" (pohon yang buruk). Mereka bersikukuh pada apa yang diajarkan dan dilakukan orang-orang dahulu, tanpa mempedulikan fenomena Sunnatullah dan bahkan mengabaikan petunjuk dan peringatan dari Allah

Maka nyata benar adanya, apa yang Allah ungkapkan dengan Kalam-Nya sebagai berikut:

وَإِذَا فَعَلُواْ فَـٰحِشَةً۬ قَالُواْ وَجَدۡنَا عَلَيۡہَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِہَا‌ۗ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ‌ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ

Dan jika mereka melakukan perbuatan yang keji (tidak patut) mereka berkata: "Kami mendapati leluhur kami melakukannya, dan Allah menyuruh kami melakukan itu". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruhmu hal yang keji". Mengapa kamu mengatakan tentang (urusan) Allah apa yang tidak kamu ketahui (tanpa ilmu)? (Al A'rof: 28)

Demikianlah kenyataan yang ada. Kalangan Muslim tertentu yang bersikukuh pada nilai-nilai lama, yang menurut mereka setia pada "sunnah rosul", terperangkap pada konsep kehidupan yang hanya tumbuh sampai masa Rosulullah dan beberapa Khalifatur Rosul sesudahnya, dan setelah itu mati tak tumbuh lagi. Maka tak pelak lagi, kebekuan dan kejumudan multi dimensi menampilkan fenomena keterbelakangan dan kekumuhan budaya dan peradaban yang sangat tidak simpatik, bahkan menyebalkan dan menakutkan. Mungkin inilah fenomena yang menjadi alasan dipakainya sebutan KALIMAH KHOBIETSAH (konsep hidup yang buruk) seperti pohon yang buruk, karena telah tumbang, maka matilah ia lalu membusuk.

Allah sempat menayangkan suatu pelajaran dalam Al Quran yang dikemas dalam kisah Ashabul Kahfi. Beberapa pemuda yang beriman kepada Allah dan Allah membimbing dengan petunjuk-Nya (rosyada), mereka ditidurkan dalam gua selama lebih dari 3 abad. Dengan kata lain, Allah "membekukan" mereka tanpa pertumbuhan wawasan, visi dan budaya. Kemudian Allah muculkan mereka pada masyarakat yang hidup 3 abad kemudian. Bagaimana Allah menggambarkan citra meraka...?

لَوِ ٱطَّلَعۡتَ عَلَيۡہِمۡ لَوَلَّيۡتَ مِنۡهُمۡ فِرَارً۬ا وَلَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ رُعۡبً۬ا

... sungguh jika kamu melihat mereka (para pemuda itu), pasti kamu akan berpaling lari menghindari mereka, dan sungguh kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka. (Al Kahfi : 18)

Betapa terbayang sosok menakutkan yang membuat orang enggan mendekat, bahkan perpaling menjauh.

Lalu bagaimana jadinya jika kehidupan di zaman ini dicangcang (sunda) atau dipasung pada suatu konsep hidup (ajaran) dalam gelaran episode belasan abad yang silam.

Secara eksplisit Allah telah menegaskan pula bahwa kehidupan ummat dimasa kini, tidak diterikatkan dengan kehidupan ummat masa lalu.

تِلۡكَ أُمَّةٌ۬ قَدۡ خَلَتۡ‌ۖ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡ‌ۖ وَلَا تُسۡـَٔلُونَ عَمَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

Itulah umat yang lalu; bagi merekalah apa yang telah mereka usahaka. Dan bagimu pun apa yang kamu usahakan, dan tidak akan dipertanyakan kepadamu terkait apa yang telah mereka kerjakan. (Al Baqoroh: 134, 141)

مَا نَنسَخۡ مِنۡ ءَايَةٍ أَوۡ نُنسِهَا نَأۡتِ بِخَيۡرٍ۬ مِّنۡہَآ أَوۡ مِثۡلِهَآ‌ۗ أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ

Apapun ayat yang telah Kami hapuskan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, pasti Kami datangkan yang lebih baik atau yang setara dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Menakar (menetapkan takaran) atas segala sesuatu? (Al Baqoroh: 106)

Ayat-ayat Allah yang menjadi dasar pedoman dan petunjuk bagi manusia, itupun hidup dan tumbuh terus. Ketika yang usang gugur, maka tumbuh tunas baru yang lebih baik/maju. Kita tak mesti repot-repot mencari dan menelusuri ayat-ayat (fenomena ciptaan Allah) yang telah lama berlalu, karena memang Allah sendiri yang menasakhnya atau membuat kita melupakannya, agar Dia hadapkan kita pada fenomena baru yang Allah munculkan untuk menguji dan mengukur prestasi kita, sebagaimana orang-orang dahulu telah Allah uji dengan ayat-ayat yang Allah hadirkan pada mereka.

أَمۡ تُرِيدُونَ أَن تَسۡـَٔلُواْ رَسُولَكُمۡ كَمَا سُٮِٕلَ مُوسَىٰ مِن قَبۡلُ‌ۗ وَمَن يَتَبَدَّلِ ٱلۡڪُفۡرَ بِٱلۡإِيمَـٰنِ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ

Apakah kamu ingin meminta (menuntut) Rasul kamu seperti Bani Israil menuntut Musa dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekufuran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (Al Baqoroh: 108)

Ayat di atas pun menunjukkan bahwa persoalan yang hadir pada kehidupan ummat disuatu zaman pastinya jauh berbeda dengan ummat-ummat sebelumnya. Maka dinamika kehidupan dan karakteristik kultural yang tumbuhnyapun akan berbeda pula.

Yang pasti sama dan semua sama adalah arah perjalanan yang mereka tempuh, yaitu "Shirothul Mustaqiem" suatu jalan hidup yang lurus terbentang secara estafet, mengarah ke titik destination yang sama, yaitu suatu sosok peradaban manusia yang pantas dipandang representasi Asma Allah di Bumi:

SUBHANALLAH..., ALHAMDULILLAH..., ALLAHU AKBAR...

MAHA BENAR ALLAH ... Yang Maha Suci dan Sempurna.

Insyaallah berlanjut dengan: Proses Sunnatullah untuh tumbuhnya kembali (pemunculan/bi'tsah) Kalimah Thoyyibah yang dilambangkan sebagai Syajaroh Thoyyibah.
Name

Dakwah Ilallah,12,Jalan Keselamatan,7,Jurnal Roqim,1,Kajian Lepas,42,Manhaj Risalah,12,
ltr
item
Ini Islam: Proses Iqomuddien Menurut Sunnatullah: Fenomena Syajaroh Khobietsah
Proses Iqomuddien Menurut Sunnatullah: Fenomena Syajaroh Khobietsah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQHbeIz2AS4uZ3MN0fjIiywpzf4F-ldiMW2k69CRQVlqa3GOjMmvCOaLRaqEYuY9nu4P9Nt-067NpWm6xmwNusXviQNe-nqgLKjKRmXcGe_ekzxDLI2padjeUPddNI060WyWz3rnF_CqE/s640/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah-fenomena-syajaroh-khobietsah.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQHbeIz2AS4uZ3MN0fjIiywpzf4F-ldiMW2k69CRQVlqa3GOjMmvCOaLRaqEYuY9nu4P9Nt-067NpWm6xmwNusXviQNe-nqgLKjKRmXcGe_ekzxDLI2padjeUPddNI060WyWz3rnF_CqE/s72-c/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah-fenomena-syajaroh-khobietsah.png
Ini Islam
http://www.iniislam.net/2017/03/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah-fenomena-syajaroh-khobietsah.html
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/2017/03/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah-fenomena-syajaroh-khobietsah.html
true
7017169815549685310
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content