Proses Iqomuddien Menurut Sunnatullah

SHARE:

Seseorang mengajukan pertanyaan (dengan nada mengetes/menguji) tentang bagaimana proses iqomuddin yang dilakukan para Rosul, khususn...

proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah

Seseorang mengajukan pertanyaan (dengan nada mengetes/menguji) tentang bagaimana proses iqomuddin yang dilakukan para Rosul, khususnya, Rosulullah Muhammad.

Perlu kejelasan terlebih dahulu, pengertian "iqomuddien" yang terjemahannya secara harfiyah: "mendirikan agama (addien)". Karena meskipun secara harfiyah artinya demikian, yaitu mendirikan (memberdirikan) agama, namun jika yang dimaksud itu Dienullah/Dienul Islam, maka jelas berbeda sekali bahkan benar-benar lain dengan mendirikan bangunan atau organisasi/institusi yang biasa dilakukan manusia, meski ada kesamaan pada apa yang dihasilkannya, yaitu sesuatu yang eksis tegak berdiri.

Dimanakah letak "bedanya" itu?

Dienullah itu sesuatu yang HIDUP ("bernyawa"). Maka tidak bisa didirikan manusia seperti halnya mereka mendirikan (membangun) produk-produk manusia semisal lembaga, organisasi negara, dan sebagainya. Ataupun bangunan fisik semisal gedung, menara, kapal dan sebagainya.

Untuk membangun atau mendirikan apapun produk manusia, semua diawali dengan MENCARI dan MENGUMPULKAN (menunggu adanya) itu dan ini yang merupakan bahan atau komponen dari apa yang akan dibangunnya itu. Setelah itu dirakit sesuai dengan pola atau desain yang ada, kemudian (bila perlu) dideklarasikan/diresmikan.

Sedangkan untuk AQIMUDDIEN itu sebaliknya. Diawali dengan MENYINGKIRKAN (membersihkan dari) itu dan ini berbagai anasir fiktif yang "dipasang" (Menurut Al Quran: "dihiaskan") orang/syaithan, dari apa yang mereka ada-adakan (iftiro).

Itulah langkah yang Allah sebut "MUKHLISHIENA LAHU 'DDIEN", (memurnikan Addien milik-Nya) kemudian melakukan langkah-langkah dan tindakan tertentu sesuai dengan petunjuk Allah (bukan rancangan), untuk kemudian tumbuh hidup dan berdiri tegaklah Dienullah (suatu Dienul Qoyyimah), Addien yang berdiri tegak.

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ

Dan mereka TIDAK DIPERINTAH melainkan untuk mengabdi kepada Allah dengan (proses) memurnikan Addien milik-Nya secara lurus dan konsisten, mendirikan shalat (membangun jaringan) dan menayangkan kesucian; dan yang demikian itulah suatu dien yang eksis berdiri. (Al Bayyinah: 5)

Petunjuknya begitu jelas dan cukup sederhana (simple). Seperti menanam pohon. "Hanya" mencari benih dan menanamkannya, kemudian domain Allah menumbuh-kembangkannya, dalam suasana yang tenang dan damai. Sangat beda sekali dengan rongkah, gaduh dan ribetnya manusia membangun gedung atau partai.

Yang paling sulit dan sangat-sangat sulit adalah menemukan dan memurnikan "benihnya" itu, kemudian "mengunduh Ruh" dari Allah (Ruh Min Amrillah) agar hidup dan tumbuh-kembang. Dan yang terakhir tersebut adalah 100% domain Allah, tidak bisa ditarget apalagi dijadwal manusia.

HIDUP yang seperti apakah Deinullah itu ...?

Satu sisi yang luput dari perhatian dan kesadaran (hampir) semua orang, bahwa setelah Allah menciptakan alam (bumi) yang mati, kemudian dihidupkannya bumi ini dengan diturunkannya air dari langit, maka apapun yang Allah munculkan di bumi setelah itu adalah suatu yang hidup (daabbah).

وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ۬ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا وَبَثَّ فِيہَا مِن ڪُلِّ دَآبَّةٍ۬

... dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan (makhluk hidup) ... (Al Baqoroh: 164)

Jika kemudian di muka bumi ini dijumpai ada gedung, menara dan lain-lain, itu jelas buatan manusia (suatu yang mati) bukan yang dimunculkan Allah. Hewan dan pepohonan itulah yang dimunculkan Allah.

Lebih lanjut Allah menunjukkan bahwa pada hidupnya manusia itu, ada kehidupan lagi yang berderajat lebih tinggi dari sekedar hidup jasmaniah (biologis), sehingga disebutkan adanya suatu bentuk kehidupan manusia yang Allah menyebutnya sebagai: "dalam kondisi mati".

أَوَمَن كَانَ مَيۡتً۬ا فَأَحۡيَيۡنَـٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُ ۥ نُورً۬ا يَمۡشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ ۥ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ لَيۡسَ بِخَارِجٍ۬ مِّنۡہَا‌ۚ

Dan apakah orang yang keadaannya mati kemudian Kami hidupkan dia dan Kami jadikan untuknya cahaya terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan dalam (kehidupan sosial) manusia, sama dengan orang yang dalam kegelapan yang sama sekali tidak bisa keluar dari kegelapan itu? ... (Al An'am : 122)

Pada ayat di atas dinyatakan dengan jelas bahwa orang yang diberi cahaya petunjuk dari Allah itu "dihidupkan" dari kondisi "mati", yaitu hidup dalam kegelapan.

Terkait hal tersebut maka petunjuk Allah yang disampaikan melalui Rosul-Nya itu disebut sebagai "sesuatu yang menghidupkan".

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيڪُمۡ‌ۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُ ۥۤ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sambutlah (responlah) Allah dan juga Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang menghidupkanmu, dan ketahuilah bahwasanya Allah menyekat antara seseorang dengan hatinya dan bahwa kepada-Nya-lah kamu akan digiring. (Al Anfal : 24)

Tapi anehnya, frase "yuhyiikum" yang arti sebenarnya MENGHIDUPKANMU itu, diterjemahkan orang dengan: "memberi kehidupan kepadamu". Sedangkan yang dipahami orang, bahwa "memberi kehidupan" itu berarti "memberi jalan untuk bisa hidup (ma'isyah)". Sehingga muncul interpretasi bahwa seruan Rosul yang dimaksud adalah seruan untuk berperang. Karena dengan berperang itu bisa dapat ghonimah (harta rampasan) dan wilayah yang bisa dikuasai. Itulah yang akan "memberi kehidupan".

Subhanallahi'ammaa yashifuun, begitu fatal akibatnya ketika Kalamullah dipelesetkan, kalaupun hanya sedikit saja.

Barangkali si penerjemah melihat celah untuk melencengkan terjemahannya itu, bahwa mukmin yang diseru itu kan orang-orang yang hidup. Masa "menghidupkan orang yang sudah hidup"? Maka diubahlah Kalamullah tersebut.

Tapi kecurangan mereka itu akan terbongkar, karena Allah juga pasang petunjuk bagi mereka yang awas, bahwa Allah menyekat (ada semacam dinding pemisah) antara seseorang dengan hatinya sendiri. Sehingga orang-orang yang secara faktual hidup (jasmaniyah), tidak serta merta hatinyapun hidup. Mungkin sekali hatinya itu mati, yaitu kegelapan, tidak ada cahaya petunjuk Allah yang menerangi perjalanan hidupnya, sebagaimana pada Al An'am: 122 tersebut diatas.

Jadi yang sebenarnya, Rosul itu menyeru orang untuk masuk ke dalam zona terang Cahaya Allah itulah yang "menghidupkan". Yaitu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang. Karena sistem yang Allah tetapkan (Sunnatullah) bukanlah cahaya petunjuk Allah itu "dibagikan" kepada orang-orang yang dituju, melainkan, orang-orang yang dituju itu dipilih Allah dan "dituntun masuk" ke dalam zona Cahaya Robbanie yang Allah pancarkan melalui seruan RosulNya.

... يَہۡدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ‌ۚ ...

... Allah menuntun kepada cahaya-Nya, orang-orang yang dikehendaki-Nya ... (An Nur : 35)

وَإِنَّكَ لَتَہۡدِىٓ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬

... dan sesungguhnya kamu (Rosul) benar-benar menunjuki (menuntun orang-orang) kepada Jalan Yang Lurus. (Asy Syuro : 52)

Petunjuk lebih lanjut yang menyatakan bahwa Dienullah yang diserukan para Rosul-Nya itu merupakan sesuatu yng HIDUP, tampak jelas pada gugusan Kalamullah seperti berikut:

وَإِن تُكَذِّبُواْ فَقَدۡ ڪَذَّبَ أُمَمٌ۬ مِّن قَبۡلِكُمۡ‌ۖ وَمَا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا ٱلۡبَلَـٰغُ ٱلۡمُبِينُ (١٨) أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ ڪَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬ (١٩) قُلۡ سِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ ڪَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَ‌ۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأَخِرَةَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
  • Dan jika kalian mendustakan (Rosul), maka (itu bukan hal yang baru) ummat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban Rosul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan sejelasnya.
  • Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengulanginya (reproduksi). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
  • Katakanlah: "Berjalanlah di bumi, maka amatilah bagaimana Allah memulai penciptaan, kemudian Allah membentuk (ciptaan-Nya) sebagai bentuk (sosok) yang akhir (bekakangan/final). Sesungguhnya Allah Maha Menakar (menentukan cara/sistem) atas segala sesuatu. (Al 'Ankabut : 18-20)
Ketika (sebagian) manusia mendustakan suatu misi kerosulan (tidak mengakui bahwa itu dari Allah), Allah mengarahkan mereka untuk melihat bukti-bukti kebenarannya dengan mengamati fenomena yang tampak pada penciptaan makhluqNya.

Ini membuktikan bahwa segala yang dimunculkan Allah di bumi adalah melalui proses sistemik sebagaimana pemunculan dan perkembangan makhluk hidup. Oleh sebab itu, jika Dienul Islam yang ada di bumi ini benar-benar dari dan dimunculkan oleh Allah, maka sistem dan proses pemunculannya (bi'tsahnya) itu pasti sama (analog) dengan sistem dan proses pada makhlu hidup tersebut.

Pada Al Ankabut : 19 dan 20 di atas, terkandung dua ciri yang mendasar pada penciptaan makhluk Allah yaitu: sistem REPRODUKSI dan, sistem METAMORFOSIS GRADUAL.

PERTAMA terkait sistem teproduksi.

Pada makhluk hewani (termasuk manusia), untuk lestari dan berkembang biak, setiap jenis (species) harus melahirkan (mereproduksi) individu baru, sebelum makhluk yang bersangkutan itu mati. Jika tidak, species yang bersangkutan itu punah.

Berbeda dengan tumbuhan (pohon).

Jika pohon tersebut (sebelum mati) sempat menghasilkan buah sebagai benih untuk tumbuh reproduksinya, tetapi benih yang dihasilkanya itu terkubur terlalu dalam di bumi, atau terperangkap (tersimpan) pada posisi yang bukan habitatnya untuk bisa tumbuh, maka keberadaan pohon tersebut vakum.

Tetapi jika suatu saat benihnya itu muncul dan terposisikan pada habitatnya yang kondusif, maka pohon tersebut bisa muncul tumbuh kembali, meski telah mengalami kevakuman (fatrah) yang sangat lama. Itulah diantara fenomena yang teramati dari arahan Allah pada Al 'Ankabut : 19.

KEDUA fenomena metamorfosis gradual.

Setiap item makhluk Allah, pada awal muncul/tumbuh/terlahir sebagai sosok yang kecil (bahkan mungkin amat kecil) sebagai bayi/kecambah dengan sosok tampilan yang belum seperti terlihat pada makhluk tersebut ketika sudah eksis dewasa. Kemudian ia tumbuh berkembang, sosok tampilannya berubah dari waktu ke waktu sampai tampil sosok yang final ( النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ ) sebelum akhirnya mati (ajalnya tiba). Dan banyak pula yang mati sebelum sampai ke sosok yang final tersebut. Itulah fenomena terkait arahan Allah pada Al 'Ankabut : 20.

Arahan dari Allah untuk mengamati fenomena di atas itu sehubungan dengan diingkarinya misi Risalah yang disampaikan seorang Rosul. Ini berarti bahwa jika yang disampaikan Rosul itu benar-benar dimunculkan (bi'tsah) dari dan oleh Allah, maka pasti tidak akan luput dari fenomena seperti demikian. Karena (sekali lagi) apapun yang dimunculkan Allah di bumi, pasti berupa sesuatu yang hidup.

Terkait fenomena d iatas, berakhirnya eksistensi sesuatu yang hidup, bukanlah karena bubar, abruk atau roboh, melainkan MATI (ajalnya tiba). Makhluk yang sudah mati, sosok fisiknya masih bisa ada dan utuh (bisa"diawetkan") namun pastinya tidak lagi bertumbuh, apalagi berreproduksi.

Lebih lengkap lagi, Allah membuat perumpamaan tentang Kalimatullah (Konsep Dienullah) itu seperti POHON. Maka dalam perkembangan regenerasi (reproduksi)-nya, bisa mengalami beberapa masa fatrah, yaitu masa dimana Dienullah tidak eksis di bumi, yakni dalam keadaan mati.

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلاً۬ كَلِمَةً۬ طَيِّبَةً۬ كَشَجَرَةٍ۬ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٌ۬ وَفَرۡعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ (٢٤) تُؤۡتِىٓ أُڪُلَهَا كُلَّ حِينِۭ بِإِذۡنِ رَبِّهَا‌ۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَڪَّرُونَ (٢٥) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ۬ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ۬
  • Tidakkah kamu perhatikan betapa Allah telah menggelar perumpamaan (bahwa) KALIMAH THOYYIBAH (Konsep kehidupan yang baik) itu seperti pohon yang baik, pokoknya tetap (menancap di bumi) dan pucuknya di langit,
  • Pohon tersebut memberi manfaat disetiap saat dengan izin Tuhannya. Allah menggelar perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia, mudah-mudahan mereka (bisa) mengambil pelajaran.
  • Dan perumpamaan KALIMAH KHOBIETSAH (Konsep yang buruk/bathil) itu seperti pohon yang buruk, yang telah ditebang dari (sebelah) atas bumi; tidak punya tempat bertancap. (Ibrahim : 24-26)
Dienullah (Dienul Islam) yang tentunya suatu Kalimah Thoyyibah (konsep kehidupan yang baik) Allah gambarkan ibarat suatu pohon dengan tiga karakteristik, dua diantaranya begitu luar biasa dan unik.
  1. Pokoknya (pangkal/akar) tertancap kokoh di bumi, sebagaimana umumnya pohon-pohon yang besar dan kokoh.
  2. Pucuknya di langit. Ini unik dan luar biasa. Pohon yang tumbuh kembang terus sampai di ketinggian yang tak terhingga (pucuknya di langit [ فَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ]).
  3. Memberi manfaat (buah yang dinikmati) pada setiap saat ( كُلَّ حِينٍ ), di setiap titik pada perjalanan waktu, tidak mesti menunggu musim itu dan ini, tidak mesti kondisinya begitu atau begini yang harus ditunggu ataupun "diperjuangkan".
Demikiankah perumpamaan (analog) yang Allah gelar untuk kita ambil pelajaran. Seperti itulah gambarannya konsep Dienullah (konsep Kalimah Thoyyibah).

Pertumbuhan yang terus menerus sampai ketinggian yang tak terhingga itu, tampil pada kesinambungan dari generasi ke generasi, yaitu suatu Ummat Robbanie yang dipimpin Rosul-Rosul-Nya di berbagai tempat dan waktu. Meski antar generasi itu terpisah oleh jeda zaman yang panjang dan tempat yang terpisah jauh, namun mereka merupakan satu kesatuan ummat (Ummatan Wahidah), sebagaimana Allah telah mendeklair hal tersebut.

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلرُّسُلُ كُلُواْ مِنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَٱعۡمَلُواْ صَـٰلِحًا‌ۖ إِنِّى بِمَا تَعۡمَلُونَ عَلِيمٌ۬ (٥١) وَإِنَّ هَـٰذِهِۦۤ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَأَنَا۟ رَبُّڪُمۡ فَٱتَّقُونِ
  • Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik, dan bekerjalah dengan baik (beramallah yang shaleh). Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
  • Dan sesungguhnya (ummat-ummat) ini, adalah ummat kamu semua, ummat yang satu, dan Akulah Robbmu, maka bertakwalah kepada-Ku. (Al Mukminun : 51-52)
Satu kesatuan ummat yang tampil dalam generasi demi generasi itulah yang menampilkan fenomena pertumbuhan yang terus menerus. Maka tampilan suatu generasi merupakan lanjutan pertumbuhan dari generasi sebelumnya, yang pasti tampilannya sangat berbeda sekali, seperti bedanya sosok seorang dewasa, dengan sosok dirinya di masa balita. Namun tetap, ummat-ummat tersebut tumbuh dari kromosom dan DNA yang sama, yakni AL HAQ (kebenaran hakiki dan murni dari Allah [ وَأَنَا رَبُّكُمْ ]), yang terkemas dalam AL KITAB dan AL HIKMAH.

Kita jeda dulu disini, Insyaalah kami lanjutkan pada postingan berikutnya dengan pokok bahasan: Fenomena SYAJAROH KHOBIETSAH ... dan kemudian proses tumbuhnya benih SYAJAROH THOYYIBAH yang telah lama terpendam (fenomena BI'TSAH).
Name

Dakwah Ilallah,12,Jalan Keselamatan,7,Jurnal Roqim,1,Kajian Lepas,42,Manhaj Risalah,12,
ltr
item
Ini Islam: Proses Iqomuddien Menurut Sunnatullah
Proses Iqomuddien Menurut Sunnatullah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJoP870iB35gak9wNX4bJrfCTnthYxynowKLGhGVezTrj-SmesJ3wKiUw3mqoLw7lS6SOGLkmFTLHKvV6DOrUpPTjM0dCo56dep5sPikLQPg_r0CIUHh8fnGvYX4uUXWM8wYBX_DEGlRc/s640/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJoP870iB35gak9wNX4bJrfCTnthYxynowKLGhGVezTrj-SmesJ3wKiUw3mqoLw7lS6SOGLkmFTLHKvV6DOrUpPTjM0dCo56dep5sPikLQPg_r0CIUHh8fnGvYX4uUXWM8wYBX_DEGlRc/s72-c/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah.png
Ini Islam
http://www.iniislam.net/2017/03/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah.html
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/2017/03/proses-iqomuddien-menurut-sunnatullah.html
true
7017169815549685310
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content