Siapa Sebenarnya Yang Kafir?

SHARE:

Siapa sebenarnya yang memberi sebutan KAFIR bagi orang-orang non Muslim itu? Siapapun mereka, pastinya mereka itu diselimuti kejahilan dan kegelapan, lalu menggelapkan petunjuk Allah sebagaimana orang-orang yang Allah sebut dalam kalam-Nya

siapa-sebenarnya-yang-kafir

Belakangan ini semakin marak dan masif teriakan-teriakan dari sebagian kecil kaum Muslimin, menggelapkan istilah KAFIR untuk menyerang pesaing mereka dalam kancah politik.

Siapa sebenarnya yang memberi sebutan KAFIR bagi orang-orang non Muslim itu? Siapapun mereka, pastinya mereka itu diselimuti kejahilan dan kegelapan, lalu menggelapkan petunjuk Allah sebagaimana orang-orang yang Allah sebut dalam kalam-Nya:

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Mereka ingin menggelapkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tetapi Allah (tetap) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir tidak suka. (Ash Shof : 8)

Al Quran mereka dengung-dengungkan sebagai amunisi, padahal sebenarnya justru mereka abaikan.

Kosakata KAFIR itu adalah khas dari Al Quran Kalamullah, atau dengan kata lain, milik Allah. Maka adalah HARAM menggunakan kata tersebut secara seenaknya mengikuti hawa nafsu, tanpa merujuk atau malah menyimpang sama sekali dari penggunaannya dalam Al Quran.

Kosakata KAFIR itu sama sekali bukan berarti (sebutan untuk) orang yang beragama selain Islam. Kata kafir itu bukan lawan kata Islam/Muslim, melainkan lawan kata Iman/Mukmin.

Silakan baca Al Quran, Allah selalu mempertentangkan kata KAFIR itu dengan IMAN, bukan ISLAM/MUSLIM.

Salah satunya saja:

...وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ

Dan katakanlah (tetaplah pada prinsip): Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka siapa yang mau beriman, berimanlah, dan siapa yang mau kafir, kafirlah... (Al Kahfi : 27)

Dan sangat banyak lagi lainnya, silakan dieksplor, yang dengan jelas membuktikan bahwa lawannya KAFIR itu IMAN bukan Islam/Muslim.

MUSLIM itu sebutan resmi (nama) dari Allah bagi mereka yang mengikuti (berada dalam) Agama-Nya (Dienullah) secara definitif dan punya legalitas berupa kesaksian dari Rosul.

هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ

... Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian MUSLIMIN dari dahulu, dan (begitu pula) di (masa) ini, agar Rasul menjadi saksi atas (kemusliman) dirimu ... (Al Hajj : 78)

Kemusliman itu terkait status seseorang dihadapan Allah, dan kumusliman itu tidak pernah bersifat gradual. Tidak ada istilah "lebih Muslim", "semakin (tambah) Muslim", dan seterusnya.

Sedangkan IMAN dan KAFIR itu bukan sebutan terkait status, melainkan kosakata terkait sikap mental, karakter, tindakan, perilaku dan sebagainya. Dan bisa bertakaran (gradual), seperti: sangat, lebih, bertambah dst.

Adanya takaran (kadar) dan gradual pada kekafiran dan keimanan itu, jelas terbaca dari berbagai kalam-Nya, antara lain:

... لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

agar menambah keimanan pada iman mereka ... (Al Fath : 4)

وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا

Jika diwacanakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah keimanan mereka (Al Anfal : 2)

ْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا

... kemudian kekafiran mereka bertambah ... (Ali Imron : 90)

... الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا

Orang-orang Arab pedalaman itu, amat sangat kekafiran dan kemunafikannya ... (At Taubah : 97)

Begitu jelasnya bahwa kata IMAN dan KAFIR itu mengacu ke sikap mental dan perilaku, dimana setiap individu manusia (apapun agamanya) memiliki kadar dan profil keimanan dan atau kekafiran yang berbeda-beda.

Iman itu bersifat positif, protagonik. Sedangkan kafir itu bersifat negatif, antagonik.

Jadi jelas sekali, bahwa Kafir itu padanan/lawannya itu Iman, bukan Muslim. Tidak dikenal istilah bahwa seseorang dari Muslim berubah (keluar dari Islam) jadi kafir. Tindakan keluar dari agama Islam itu IRTAD bukan kafir.

Yang ada itu, dari iman berubah menjadi kafir, atau berperilaku kafir sesudah beriman, kadang kafir kadang iman, pada sisi tertentu iman sisi lain kafir, dan seterusnya (plin plan).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا

Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (lagi), kamudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka tidaklah akan Allah memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjukkan mereka pada jalan yang lurus. (An Nisa : 137)

Orang kafir itu orang yang tidak beriman (antagonik dengan nilai-nilai kebenaran), bukan orang yang beragama selain Islam (non muslim).

Allah tidak menandai (memberi sebutan tertentu) atas orang yang tidak mau masuk Islam (menjadi Muslim). Kalaupun ada sebutan untuk mereka, bukan KAFIR sebutannya. Berkikut ini petunjuknya:

وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, maka berarti mereka telah mengikuti petunjuk, dan jika mereka BERPALING, maka tugasmu kamu hanyalah menyampaikan (kebenaran). Dan Allah Maha Melihat (mengenali) para hamba itu. (Ali Imron : 20)

Sikap menolak, tidak mau masuk Islam, Allah nenyebutnya "tawalla" (berpaling). Jadi kalau orang "ber-Islam" disebut Muslim (ism fa'ilnya), maka orang yang tawalla itu ism fa'ilnya "Mutawally".

Namun tidak satupun kata MUTAWALLY terdapat dalam Al Quran. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak menyediakan sebutan bagi mereka non Muslim. Dan Allah tidak ingin mewacanakan mereka. Apalagi mencaci maki dan mengutuk mereka.

Pada ayat di atas pun, terkait mereka yang berpaling, komentar Allah sebatas: "Tugasmu hanya menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat para hamba itu".

Begitu pula pada ayat lain, seperti:

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ...

... jika mereka berpaling, katakan saja: "saksikan, kami ini Muslimin". (Ali Imron : 64)

Dengan ungkapan ragam bebas, kurang lebih: "Asal tahu aja yah, kami mah Muslimin".

Kalaupun ada peringatan (warning), datar dan wajar saja.

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imron : 85)

Sama sekali tidak ada reaksi atau respon yang buruk dari Allah kepada orang-orang yang tidak menerima Agama-Nya (berpaling), apalagi berupa caci maki, sumpah serapah atau kutukan.

Secara logika pun, Allah begitu Maha Tinggi, Maha Agung dan Maha Segalanya, tidak mungkin Dia marah, kesal apalagi membenci dan memusuhi orang-orang yang berpaling dari "produk" yang Dia tawarkan. Hal yang sangat naif dan mustahil bagi Allah.

Kita saja manusia, hamba-Nya yang lemah ini, tidak ada alasan bagi kita untuk marah dan membenci orang yang menolak dan berpaling dari produk atau apa saja yang kita tawarkan. Mereka merdeka untuk memilih. Karena mereka masing-masing yang akan merasakan segala manfaat atau akibat dari pilihannya itu.

Apa mereka pikir Allah tidak tahu keberadaban sehingga dengan mengatasnamakan Allah, mereka memusuhi mencaci maki dan menteror mereka yang tawalla itu.

Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.

Terkait orang-orang durhaka saja, bagaimana para Nabi/Rosul merekomendasikan mereka kepada Allah? Berikut beberapa diantaranya:

1. Unjukan Nabi Isa kepada Allah tentang orang-orang yang durhaka memalsukan ajarannya.

إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Jika Engkau mengadzab mereka, mereka itu hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Yang Maha Perkasa (canggih) lagi Maha Bijaksana (Maha Tepat segala keputusanNya) (Al Maidah : 118)

2. Unjukan Nabi Ibrahim kepada Allah tentang mereka yang menentangnya..

فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

... maka orang-orang yang mengikutiku, mereka itu dari (golongan)ku. Adapun orang yang mendurhakaiku, Engkau Maha Pengampun Maha Pengasih. (Ibrahim : 36)

3. Unjukan Rosulullah Muhammad tentang warga Thaif yang menyakiti dan menganiaya beliau. Bagaimana curahan hati Rosulullah?

اللهم اهد قومي انهم لا يعلمون

Ya Allah, berilah petunjuk kaumku itu, karena mereka itu tidak mengerti (apa yang mereka lakukan)

Begitulah aslinya Islam. Benar-benar membawa kesejukan, kedamaian, Rohmatan Lil 'Alamiin.

Maka atas dasar apa, mengikuti atau mencontoh siapa, orang-orang yang menyebut penganut agama lain itu KAFIR, lalu mendengung-dengungkan kebencian dan permusuhan kepada mereka. Sungguh sangat memalukan.

Lebih parah lagi, mereka membajak, memalsukan dan menjual Kalamullah yang suci dan penuh Rahmat itu untuk menghasut manusia, mengobarkan kebencian dan permusuhan, memfitnah lawan politik yang mengganjal ambisi dan hawa nafsu kekuasaan mereka.

Mesti dipahami lebih lanjut bahwa IMAN dan ISLAM itu tidak satu paket. Tidak setiap Muslim itu serta merta (sepenuhnya) beriman dan tidak ada kafirnya, di lain pihak orang non Muslim itu kafir tidak ada imannya. Tidak demikian.

Iman dan kafir itu bisa ada di kalangan manapun.

Sangat jelas sekali Allah menerangkan terkait hal tersebut, sebagaimana pada beberapa ruas Kalamullah berikut:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir," padahal mereka itu bukanlah orang-orang beriman. (Al Baqoroh : 8)

"Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir" itu pernyataan khas orang Islam, bukan penganut agama lain. Maka orang-orang diantara Musliminlah yang Allah wacanakan itu. Dan Allah menegaskan bahwa mereka bukan orang beriman. Logikanya kalau bukan orang beriman, ya kafir berarti.

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ 

Orang-orang Arab Badui (pedalaman) itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, katakan saja: "kami ber-Islam" (masuk Islam) , sedangkan iman itu belum masuk ke dalam hatimu; ... (Al Hujurot : 14)

Malah di ayat lain Allah menyatakan tentang orang-orang Arab Badui itu sebagai berikut:

الْأَعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا

Orang-orang Arab Badui itu amat sangat kekufuran dan kemunafikannya. (At Taubah : 97)

Pada ayat sebelumnya di atas, Allah mengakui bahwa orang-orang Arab Badui itu Muslim (telah masuk Islam), tetapi banyak perilaku mereka yang kafir dan munafik.

Selain itu perlu pula disimak Kalamullah berikut:

وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا ۗ أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dan tidak mungkin (Rosul) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai "arbaab" (sumber kebenaran). Akankah dia menyuruhmu berbuat kafir padahal kamu adalah Muslim?" (Ali Imran : 80)

Ayat di atas tentunya terkait fakta dan fenomena yang Allah komentari, bahwa banyak terjadi diantara Muslimin menjadikan Malaikat dan para Nabi/Rosul itu sebagi sumber kebenaran (arbaab). Itu adalah kekufuran (perilaku kafir) yang tidak mungkin Rosul menyuruh demikian.

Maka jelaslah bahwa pernyataan dan status Muslim yang disandang itu, bukan bukti apalagi jaminan bahwa seseorang itu beriman dan tidak kafir.

Demikian pula orang-orang non Muslim pun bisa jadi banyak kafirnya. Tapi kafir bukan sebutan terkait status mereka karena non Muslim, melainkan sikap mental dan perilaku antagonik terhadap kebenaran (Al Haq) yang juga tidak kalah banyak dilakukan kalangan orang-orang Muslim.

Di sisi lain, Allah tidak menutup kemungkinan adanya iman dan amal shaleh pada orang-orang non Muslim, seperti Yahudi, Nasrani dan juga agama lainnya, dan Allah pun mengapresiasinya.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir lalu beramal saleh, mereka mendapat pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran pada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al Baqoroh : 62)

Kalaupun kekafiran itu diungkapkan dengan pernyataan, bukanlah ditudingkan atau di-judge ke orang lain, apalagi terkait agama yang dipeluknya, melainkan dinyatakan (dideklarasi) oleh yang bersangkutan. Seperti misalnya penolakan akan sebuah missi risalah, sebagaimana yang Allah kisahkan:

... إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

Sungguh kami ini kafir (mengingkari/menentang) misi (risalah) yang kalian bawakan itu ... (Saba : 34)

Bahkan Nabi Ibrahim pun pernah mendeklarasikan kekafiran diri/pihaknya (tentunya terhadap kabathilan)

... إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ ...

... Sungguh kami berlepas diri dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami KAFIR terhadap kalian ... (Al Mumtahanah : 4)

Secara umum, sikap mental kafir yang berisiko adzab neraka itu adalah pengingkaran/penolakan terhadap kebenaran, pengabaian terhadap fakta-fakta kebenaran (Ayat-Ayat Allah) atau perilaku antagonik dengan nilai-nilai kebenaran itu.

Yang pasti harus dijaga dan dihindari adalah sikap mental dan perilaku yang secara jelas Allah nyatakan sebagai kafir, tanpa sedikitpun memalingkan apalagi mengubah posisi makna dari setiap detail Kalamullah tersebut.

Berikut diantaranya:

... وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

Barangsiapa (siapa saja) yang tidak memutuskan (sesuatu) dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka itu orang-orang yang kafir... (Al Maidah : 44)

Ayat inilah yang oleh kaum antagonis radikal (aladdul khishom) digelapkan kemudian dijadikan alat propaganda politik, bahwa negara yang tidak menjalankan "Syariat Islam" itu negara kafir. Inilah diantara apa yang Allah sebut "menjual ayat-ayat Allah dengan harga amat murahan" itu.

Padahal apa yang mereka istilahkan "Syriat Islam" itu, sama sekali bukan dari Allah. Hanya dianggap ada karena para ulama junjungan mereka menyebutnya dan merumuskan kandungannya lalu menyepakatinya. Itupun kesepakatan yang terpecah-pecah dalam berbagai firqoh (pecahan) tanpa peduli ancaman adzab yang besar dari Allah.

Kemudian lagi, mereka yang merumuskan dan menyepakati apa yang disebut syariat Islam itu, adalah para ulama dahulu yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Indonesia, boro-boro punya andil. Lalu atas dasar apa bahwa karya mereka itu harus dipaksakan pada bangsa Indonesia yang sejatinya hidup rukun dan damai ini.

Yang mungkin ada menurut petunjuk Allah itu "Syariat Ummat", yaitu syariat yang Allah jadikan untuk masing-masing ummat, pada ruang dan zamannya masing-masing. Allahlah yang menjadikan dan menetapkannya, bukan siapapun selain-Nya.

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ ...

... untuk masing-masing ummat diantara kalian, Kami jadikan (masing-masing) syariat dan minhaj (aturan dan haluan) ... (Al Maidah : 48)

Memang Allah menggunakan dlomir "nahnu" (kami) pada ayat di atas. Ini menunjukkan adanya kalangan/pihak tertentu yang Allah libatkan (perankan). Tapi atas dasar apa para ulama kepedean bahwa merekalah bagian dari NAHNU tersebut, padahal istilah (term) "ulama" itu saja tidak dikenal adanya pada konsep Robbani yang disebut "Dienul Islam" ini.

Agar tidak tersesatkan oleh ulah penggelap Cahaya Allah, mari cermati (tartili) petunjuk Allah pada Al Maidah : 48 di atas.

Setidaknya ada 3 substansi pada ayat tsb yg wajib kita lihat dan pahami secara benar.
  1. MAN (من) itu artinya siapa, siapapun, barang siapa atau siapa saja. Cakupannya sangat umum sekali dan menyasar tiap individu manusia (insan), dimanapun dan dalam posisi/kapasitas apapun dia. Bukan untuk suatu kelompok, komunal apalagi institusi atau khusus para pemimpin.
  2. YAHKUM (يحكم) itu artinya bukan membuat produk hukum atau aturan perundang-undangan dan sebagainya, melainkan memutuskan sesuatu, menyatakan tentang sesuatu (men-judge) terkait penilaian, sikap atau tindakan. Ini urusan bagi setiap individu.
  3. Apa yang Allah turunkan (ما أنزل الله) itu bukan (hanya) Al Quran. Al Quran itu tidak diturunkan kepada setiap orang. Al Quran itu suatu "Aplikasi Robbani/Samawi" milik Allah, yang ditransformasi ke bumi dengan suatu sistem "Ruhiyyah" yang baku, melalui jaringan yang legal dan mumpuni, bukan diturunkan kapada setiap orang.
"Apa yang diturunkan Allah" adalah segala apa saja yang ada dan terjadi secara objektif/faktual muncul atau hadir dalam kehidupan manusia/seseorang. Berikut ini petunjuknya.

... يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا

Hai Bani Adam (manusia) sungguh Kami telah menurunkan pakaian kepadamu ... (Al A'rof : 26)

Faktanya (secara kasat mata), pakaian itu ada karena dibuat orang sebagai salah satu wujud budaya manusia. Tapi secara jelas dan tegas Allah mengklaim sebagai "diturunkan Allah". Ini menunjukkan bahwa apa saja yang muncul dan hadir dalam kehidupan manusia di bumi, hakikatnya Allahlah yang menghadirkannya itu, yang membuatnya ada dan terjadi. Dengan kata lain: "Allah menurunkannya".

Dari ketiga substansi d iatas, maka dengan jelas Allah menujukkan bahwa bagi setiap orang (individu), dalam memutuskan terkait apapun harus berdasarkan kebenaran secara objektif/faktual, akal sehat dan hati bersih.

Bukan berdasarkan subjektivitas hawa nafsu, ambisi pribadi, kebencian, iri dengki dan sebagainya, yang sering kali terjadi pada kebanyakan orang, terlebih dalam zona persaingan kekuasaan dan kesenangan duniawi.

Memutuskan atau menyatakan tentang sesuatu berdasarkan hawa nafsu dan sebagainya itu, dengan mengabaikan atau mengingkari fakta-fakta kebenaran, itulah yang Allah sebut sebagai FASIK, DHZOLIM dan KAFIR, sebagaimana tersebut pada Al Maidah : 48 di atas, dan beberapa ayat sebelumnya.

Jadi ayat di atas tidak secara eksklusif mengarahkan agar setiap orang dalam pengambilan keputusan harus berdasarkan Al Quran. Jika tidak, maka mereka itu kafir dan sebagainya. Tanpa metujuk Al Quran sekalipun, jika setiap orang berpikir dan bertindak secara objektif, berdasarkan fakta-fakta kebenaran serta akal sehat dan hati bersih, maka keputusannya itu dijamin tidak akan menyalahi, apalagi bertentangan dengan Al Quran, karena semua kebenaran itu dari Allah.

Maka sangat mungkin dan wajar jika sering kali terjadi tindakan dan perilaku orang yang non muslim justru lebih mulia dan terpuji daripada perilaku orang-orang Muslim itu sendiri.

Bagaimana mungkin Allah menyebut orang yang tidak berpedoman Al Quran itu fasik, dholim dan kafir, sedangkan Allah tidak (belum) menurunkan Al Quran kepada mereka.

Kalaupun ada Al Quran pada mereka, itu tidak lebih dari semacam "screenshot" data dari "Applikasi Samawi", seperti tersebut di muka, yang pernah tertayangkan pada masa Rosulullah dahulu. Kemudian menyebar secara horisontal. Allah menyebutnya sebagai "kitab yang DIDATANGKAN" kepada mereka ( الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ ). Sedangkan tentang Al Quran yang sebenarnya Aplikasi Samawi itu, Allah menyebutnya DITURUNKAN (Vertikal) kepadamu ( أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ ).

Inilah Al Kitab yang sebenarnya aplikasi samawi yang mengandung (menjanjikan) fitur-fitur mulia, antara lain "Syifaa" dan "Rahmat".

Sedangkan apa yang sebenarnya hanya "screenshot" tapi kemudian diklaim sebagai Kitabullah (Kitab dari sisi Allah), dan itu Allah sebut sebagai angan-angan kosong, tidak menjanjikan apapun dari fitur-fitur canggih dan mulia yang dikandung Al Quran, malah justru akan berakibat bencana (wail) bagi mereka.

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ

Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab, kecuali sebatas angan-angan dan mereka hanya berasumsi (bersangkaan). Maka kecelakaan besarlah (bencana) bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", untuk ditukar dengan harga yang sedikit (nilai-nilai duniawi). Maka bencanalah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan-tangan mereka sendiri, dan bencana besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka upayakan. (Al Baqoroh : 78-79)

Secara jujur dan tak terbantah, fenomena seperti itulah yang selama ini berlangsung berabad-abad. Silahkan koreksi dan bantah jika paparan di atas ini bukan kebenaran dari Allah (Al Haq). Atau (kalau tidak membantah) sebaiknya berhentilah sekarang juga membawa-bawa Kalamullah dengan memalingkan dan memalsukan maknanya, hanya untuk mengejar ambisi, menyebarkan fitnah dan kebencian kepada orang lain. Belum disadari jugakah laknat yang Allah timpakan? Atau menunggu yang lebih besar lagi?

مَا يَنْظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ

Tidak ada yang mereka tunggu, melainkan satu gebrakan yang akan membinasakan mereka sedangkan mereka cuma (bisa) bertengkar. (Ya Siin : 50)

Masih ada segugus lagi Kalamullah yang menjelaskan begitu gamblang, siapa sebenarnya yang nyata-nyata Allah sebut KAFIR, padahal yang bersangkutan sangat tidak menyadari. Namun karena diperkirakan memerlukan bahasan yang relatif panjang lebar, maka kita potong saja dulu. Insyaallah ke depan lanjut lagi.
Name

Dakwah Ilallah,12,Jalan Keselamatan,7,Jurnal Roqim,1,Kajian Lepas,42,Manhaj Risalah,12,
ltr
item
Ini Islam: Siapa Sebenarnya Yang Kafir?
Siapa Sebenarnya Yang Kafir?
Siapa sebenarnya yang memberi sebutan KAFIR bagi orang-orang non Muslim itu? Siapapun mereka, pastinya mereka itu diselimuti kejahilan dan kegelapan, lalu menggelapkan petunjuk Allah sebagaimana orang-orang yang Allah sebut dalam kalam-Nya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrDF7QsZtky23NA8NuJOy9zPwS6H4ZLNR9fQlW7Js3UWZ40KBlhFHSiZuj3E8_GtkGHl3APRGgMF9wVxiroXB-djIR2G4gAcdNERnR2RRqkz35_NDYCtfnnJV3q6uBP1AfafK2ifcTbdM/s640/siapa-sebenarnya-yang-kafir.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrDF7QsZtky23NA8NuJOy9zPwS6H4ZLNR9fQlW7Js3UWZ40KBlhFHSiZuj3E8_GtkGHl3APRGgMF9wVxiroXB-djIR2G4gAcdNERnR2RRqkz35_NDYCtfnnJV3q6uBP1AfafK2ifcTbdM/s72-c/siapa-sebenarnya-yang-kafir.png
Ini Islam
http://www.iniislam.net/2017/03/siapa-sebenarnya-yang-kafir.html
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/
http://www.iniislam.net/2017/03/siapa-sebenarnya-yang-kafir.html
true
7017169815549685310
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content